JAKARTA, LIPO - Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitindaon angkat bicara soal sikap politik yang memberi keleluasaan bagi kadernya untuk memilih calon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2019.
Jansen mengatakan, kebebasan bagi kader Partai Demokrat untuk memilih calon presiden sebagai upaya untuk membesarkan Partai Demokrat dalam menghadapi Pemilu Serentak 2019. Namun, dirinya memastikan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk memangkan Prabowo-Sandiaga Uno.
"Pemilu kita besok itu kan berbarengan, di Pilpres itu yang bertarung itu pak Jokowi dan Prabowo sedangkan di Pileg yang bertarung seluruh partai, tentu komitmen kami mendukung pak Prabowo-Sandi kalau itu jangan diragukan, walaupun di saat yang sama pikiran waktu dan tenaga kami juga ingin membesarkan Partai Demokrat," kata Jansen kepada Okezone, Minggu (18/11/2018).
Jansen mengungkapkan, dalam pemilu serentak partainya tidak hanya sekadar menginginkam lolos parliamentary threshold (PT) atau ambang batas pemilihan suara minimal 4 persen dari suara sah nasional, namun pihaknya juga berupaya untuk menjadi pemenang Pemilu.
"Demokrat itu berdasarkan hasil survei terakhir sudah lolos PT 4 persen tetapi partai ini di desain sejak awal bukan hanya untuk lolos PT, ibarat liga Inggris Partai Demokrat ini big four, jadi tujuannya ingin menang pemilu bukan hanya sekedar lolos dari degradasi itu dia jadi beda dia," tuturnya.
Sebab lain, kata Dia, berdasarkan hasil survei efek ekor jas (coattail effect) yang dibarapkan dari figur capres maupun cawapres yang diusung yakni Prabowo-Sandiaga belum mampu untuk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Demokrat.
"Sampai saat ini memang kalau kita lihat hasil survei coat-taill effect pak Prabowo belum terasa masuk dalam tubuh Partai Demokrat, jadi bukan efek ekor jas yang masuk jadi yang masuk itu baru apa ya, ada efeknya tapi efek ekor kaos itulah belum terlalu mewah dia," terangnya.
"Dan memang berdasarkan hasil survei itu coat-taill effect itu baru masuk Gerindra dan PDIP yang langsung kerasa, sedangkan puluhan partai yang mendukung angka surveinya rendah sekali," jelasnya.
Sementara itu, kata dia, risiko dalam Pemilu Serentak bisa membuat partai mati apabila tidak mampu lolos dari PT 4 persen. Untuk itu apa yang dilakukan Partai Demokrat sebenarnya juga dibutuhkan partai yang lain.
"Jadi sebenarnya bukan hanya menyuarakan kepentingan Demokrat saja tapi juga berlaku untuk partai lain bukan hanya koalisi di partai Pak Prabowo tapi juga yang ada di koalisi Pak Jokowi," tukasnya.(lipo*3/okz)
Jansen mengatakan, kebebasan bagi kader Partai Demokrat untuk memilih calon presiden sebagai upaya untuk membesarkan Partai Demokrat dalam menghadapi Pemilu Serentak 2019. Namun, dirinya memastikan bahwa pihaknya tetap berkomitmen untuk memangkan Prabowo-Sandiaga Uno.
"Pemilu kita besok itu kan berbarengan, di Pilpres itu yang bertarung itu pak Jokowi dan Prabowo sedangkan di Pileg yang bertarung seluruh partai, tentu komitmen kami mendukung pak Prabowo-Sandi kalau itu jangan diragukan, walaupun di saat yang sama pikiran waktu dan tenaga kami juga ingin membesarkan Partai Demokrat," kata Jansen kepada Okezone, Minggu (18/11/2018).
Jansen mengungkapkan, dalam pemilu serentak partainya tidak hanya sekadar menginginkam lolos parliamentary threshold (PT) atau ambang batas pemilihan suara minimal 4 persen dari suara sah nasional, namun pihaknya juga berupaya untuk menjadi pemenang Pemilu.
"Demokrat itu berdasarkan hasil survei terakhir sudah lolos PT 4 persen tetapi partai ini di desain sejak awal bukan hanya untuk lolos PT, ibarat liga Inggris Partai Demokrat ini big four, jadi tujuannya ingin menang pemilu bukan hanya sekedar lolos dari degradasi itu dia jadi beda dia," tuturnya.
Sebab lain, kata Dia, berdasarkan hasil survei efek ekor jas (coattail effect) yang dibarapkan dari figur capres maupun cawapres yang diusung yakni Prabowo-Sandiaga belum mampu untuk memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Demokrat.
"Sampai saat ini memang kalau kita lihat hasil survei coat-taill effect pak Prabowo belum terasa masuk dalam tubuh Partai Demokrat, jadi bukan efek ekor jas yang masuk jadi yang masuk itu baru apa ya, ada efeknya tapi efek ekor kaos itulah belum terlalu mewah dia," terangnya.
"Dan memang berdasarkan hasil survei itu coat-taill effect itu baru masuk Gerindra dan PDIP yang langsung kerasa, sedangkan puluhan partai yang mendukung angka surveinya rendah sekali," jelasnya.
Sementara itu, kata dia, risiko dalam Pemilu Serentak bisa membuat partai mati apabila tidak mampu lolos dari PT 4 persen. Untuk itu apa yang dilakukan Partai Demokrat sebenarnya juga dibutuhkan partai yang lain.
"Jadi sebenarnya bukan hanya menyuarakan kepentingan Demokrat saja tapi juga berlaku untuk partai lain bukan hanya koalisi di partai Pak Prabowo tapi juga yang ada di koalisi Pak Jokowi," tukasnya.(lipo*3/okz)