Jamiluddin Ritonga Sebut Blunder PDIP Pilih Capres Pencitraan Medsos dan Anggap Remeh Prabowo

Sabtu, 29 April 2023 | 21:27:19 WIB
Ilustrasi-Kader PPP bersama Ganjar Pranowo/F: int

LIPO - Narasi PDIP yang dulunya sesumbar takkan terpengaruh dengan hasil lembaga survei terkait capres yang akan diusung seolah menepuk air di dulang. Bagaimana tidak, dalam hasil survei yang beredar sejak 2022 lalu nama Ganjar Pranowo berada dalam pemuncak bersaing dengan dua nama lain yakni Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Namun, setelah secara resmi deklarasi capres Ganjar, pengamat politik M. Jamiluddin Ritonga kepada liputanoke.com mengatakan, PDIP tak beda dengan parpol lain, memilih capres hasil pencitraan medsos bukan kinerja. 

"Suka tidak suka, Ganjar sosok yang dibesarkan oleh medsos. Berbekal medsos Ganjar mengumbar pencitraan. Hal itu juga pernah dikritik Puan dan petinggi PDIP lainnya. Jadi, PDIP rupanya tidak berbeda dengan partai lain yang menggunakan elektoral sebagai tolok ukur utama sebagai capres. Elektoral yang diperoleh Ganjar itu juga dominan hasil dari pencitraan, bukan kinerjanya," kritiknya.

Ia juga melihat tidak ada kinerja Ganjar yang fenomenal atau prestasi internasional yang membuat ia layak menjadi capres. Bahkan dinilai datar. 

"Ganjar selama dua periode menjabat Gubernur Jawa Tengah belum terdengar prestasinya yang monumental. Kinerja Ganjar hanya datar saja. Bahkan belum terdengar prestasinya yang diakui dunia internasional. Hal ini menguatkan pemilihan Ganjar sebagai cawapres lebih dominan karena elektoral dari hasil pencitraan," ungkap dosen Universitas Esa Unggul.

Tak hanya itu, Ritonga juga menilai PDIP seperti mengulang sejarah yang sama dengan mengusung Ganjar sama seperti Jokowi ketika menjadi capres di pilpres sebelumnya.

"Hal itu kiranya akan mengulang Pilpres 2014 dan 2019, dimana rakyat harus memilih capres hasil pencitraan. Karena itu, kalau Ganjar menang sudah terbayang kinerjanya yang tidak akan jauh beda dengan pemimpin yang dihasilkan 2014 dan 2019," sentilnya.

Padahal selama ini, nama Puan Maharani juga masuk dalam kandidat kuat sebagai capres. Bahkan sempat terjadinya riak di internal PDIP. Keputusan PDIP memilih Ganjar, dinilai Ritonga untuk mengakhiri konflik dan spekulasi antara Ganjar dan Puan. 

"Pengumuman Megawati itu mengakhiri spekulasi Puan Maharani sebagai capres yang akan diusung PDIP. Hal itu juga mengakhiri Kubu Puan dan Kubu Ganjar di internal PDIP. Megawati rupanya tetap memilih capres berdasarkan elektabilitas.  Padahal selama ini petinggi PDIP kerap mengatakan elektabilitas tidak menjadi faktor utama untuk memutuskan capres dari PDIP. Bahkan Sekjen PDIP Hasto kerap mengatakan, partainya tidak akan mengusung calon hanya berdasarkan elektoral dan pencitraan. 

"Pernyataan itu rupanya tidak terbukti sama sekali," ulasnya.

Prabowo Cukup Kuat Jadi Capres, Rumor Cawapres Ganjar Tak Pantas

Meski sama-sama dekat dengan Presiden Jokowi dan sering terlihat bersama. Nama Prabowo Subianto mencuat disebut sebagai cawapres Ganjar Pranowo pasca pengumuman PDIP. Namun Ritonga melihat ini seakan mengecilkan  Prabowo.

"Karena itu, tawaran dirinya untuk menjadi cawapresnya Ganjar dapat dinilai sebagai bentuk tidak menghargai. Hal itu tidak hanya pada dirinya, tapi juga kepada partainya. 

Kepada dirinya, seolah-olah posisi Prabowo dinilai dibawah Ganjar. 

"Padahal elektabilitas mereka bersaing ketat. Bahkan belakangan ini elektabilitas Prabowo lebih tinggi daripada Ganjar," tegas Jamiluddin Ritonga.

Ia juga melihat bagaimana respon Prabowo terkait isu ini dan menolak tawaran yang masuk kepadanya.

"Prabowo Subianto menolak secara halus saat ditawarkan menjadi cawapres Ganjar Pranowo. Dan menegaskan posisinya sudah dicapreskan Partai Gerindra dan partainya kini sudah kuat. Jawaban Prabowo itu sekaligus tamparan bagi pihak-pihak yang ingin mendegradasikan dirinya menjadi cawapres. Prabowo dengan jawaban itu ingin mengatakan dirinya ada di level capres," ungkapnya.

Prabowo juga ingin menegaskan partainya sangat kompetitif untuk mengusung dirinya sebagai capres. Partainya diyakininya dapat bersaing dengan PDIP pada Pileg dan Pilpres 2024.

"Gerindra juga akan merasa terhina bila Prabowo hanya dianggap layak sebagai cawapres. Padahal, elektabilitas Gerindra juga cukup tinggi. Posisinya masih bersaing ketat dengan elektabilitas PDIP sehingga layak mencapreskan Ketumnya Prabowo," sentil Dekan Komunikasi ini.

Jadi, tidak ada alasan apapun yang dapat digunakan untuk menjustifikasi Prabowo menjadi cawapresnya Ganjar. Prabowo bersama Ganjar dan Anies Baswedan sama-sama layak menjadi capres. Sebab tiga nama ini punya elektabilitas yang sama-sama tinggi.

"Karena itu, KKIR sudah selayaknya segera mendeklarasikan Prabowo menjadi capres. Harapannya, agar Pilpres mendatang Prabowo dapat bertarung melawan Ganjar dan Anies Baswedan," tukasnya.

Ia juga melihat, tiga sosok itu layak dipilih rakyat. Biarkan rakyat menentukan siapa diantara tiga sosok itu yang paling layak memimpin negeri yang lagi carut marut ini. (*16) 

Terkini