KAMPAR, LIPO - Air terjun Batu Tilam memang surga tersembunyi di Desa Kebun Tinggi, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Lokasinya benar-benar terpencil di belantara Bukit Barisan.
Untuk menuju ke tempat ini dibutuhkan ketahanan fisik dan mental. Pasalnya, pelancong harus menempuh perjalanan berjam-jam dari Ibu Kota Provinsi Riau, yakni Kota Pekanbaru. Air terjun ini memang bermental baja.
Perjalanan pengunjung dimulai dengan menggunakan mobil atau motor dari Pekanbaru. Tujuannya adalah Desa Lipat Kain yang berjarak 71 km. Waktu tempuhnya kurang lebih dua jam.
Tiba di Lipat Kain, perjalanan dilanjutkan menuju Desa Kebun Tinggi. Ada beberapa desa yang dilewati, di antaranya Desa Lubuk Agung, Muara Selaya, Deras Tajak, Tanjung Karang, Batu Sasak, dan Lubuk Bigau.
Petualangan sesungguhnya adalah ketika berangkat dari Desa Lipat Kain. Meski jarak menuju Kebun Tinggi adalah 75 km, namun waktu tempuhnya kurang lebih 5 jam.
Jika kondisi cuaca sedang hujan, waktu di perjalanan akan semakin lama, bisa lebih dari 5 jam. Hal ini lantaran di beberapa titik, kondisi jalannya masih tanah dengan banyak tanjakan terjal.
Hanya motor trail atau motor dengan modifikasi khusus dan mobil dengan penggerak 4 roda atau four wheel drive. Musti dilengkapi penarik beban agar bisa melewati jalan itu ketika musim hujan.
Tiba di Desa Kebun Tinggi perjalanan masih berlanjut. Untuk menuju lokasi air terjun harus ditempuh 3-4 km. Melintasi hutan belantara selama kurang lebih 1 jam.
Di kawasan air terjun Batu Tilam masih terdengar suara hewan liar dan bermacam-macam jenis burung yang saling bersahutan. Berbagai macam kayu hutan yang sudah langka juga masih bisa dijumpai di tempat ini. Ukuran diameter kayunya besar-besar sehingga perlu 2-3 pelukan orang dewasa untuk menggapainya.
Air terjun Batu Tilam masih perawan dan indahnya bukan main. Jumlah air terjun seluruhnya di Desa Kebun Tinggi sebanyak 27 tempat. Diperkirakan memiliki ketinggian bervariasi mulai dari 10 meter, 20 meter, 25 meter, 100 meter hingga bisa mencapai 150 meter.
Untuk menelusuri 4 dari 27 air terjun yang bisa diakses, wisatawan hanya dikenakan tarif Rp 35 ribu/hari. Tarif itu masuk ke kas desa setempat untuk modal pengelolaan kebersihan dan sebagainya.
Wisatawan bisa menikmati panorama alam memukau, berupa kombinasi bebatuan berukuran masif dan tanaman hijau. Dikelilingi hutan perawan dengan berbagai macam flora fauna. Suguhannya adalah udara segar dan rasa damai dan tenang
Awal Mula Air Terjun Batu Tilam
Konon, keberadaan Air Terjun Batu Tilam dari cerita turun temurun, pada zaman dulu ada orang tua yang pergi merantau untuk menyambung hidup ke lokasi air terjun itu.
Bibir gua yang berada tepat di balik air terjun Batu Tilam, merupakan lokasi tempat tinggal leluhur untuk menyambung hidup ketika zaman perang Belanda hingga Jepang menjajah Indonesia.
Sambil berlindung, orang tua itu membuat bencui atau amunisi berperang. Di lokasi itu ada batu tempat beristirahat, namanya Batu Tilam. Artinya alas tempat tidur. Dari cerita itulah nama air terjun ini disebut masyarakat.
Gotong Royong
Air terjun Batu Tilam ditemukan oleh warga desa setempat pada akhir tahun 2009. Lalu, tahun 2015 tokoh masyarakat dan warga desa kembali menjelajahi keberadaan air terjun ini.
Masyarakat setempat bergotong-royong untuk membangun fasilitas di air terjun tersebut. Ketika itu, aksesibilitas jalan untuk menuju ke air terjun Batu Tilam cukup sulit karena keterbatasan sarana infrastruktur jalan.
Pada tahun 2017 perangkat desa Kebun Tinggi bersama tokoh masyarakat dan warga melakukan musyawarah untuk menjadikan air terjun Batu Tilam sebagai objek wisata. Kemudian, warga mulai membuka akses jalan menuju air terjun itu.
Saat ini untuk objek wisata air terjun Batu Tilam sendiri sudah dilengkapi fasilitas 8 pondok peristirahatan yang cukup luas, dilengkapi MCK untuk pengunjung yang datang.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengungkapkan, dirinya sangat memberikan apresiasi kepada perangkat desa, tokoh masyarakat dan warga Desa Batu Tilam.
"Batu Tilam telah berhasil meraih Juara 1 Anugerah Pesona Indonesia tahun 2020 lalu. Destinasi wisata ini disebut surga tersembunyi di Riau. Kami terus bersinergi dengan kelompok sadar wisata setempat, Pemerintah Kabupaten Kampar, dan pemerintah pusat untuk membangun sektor pariwisata yang ada di Desa Kebun Tinggi," ucap Roni.
Roni mengakui, bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Kampar terus tumbuh dan berkembang. Hal ini tak lepas dari komitmen pemerintah daerah setempat dan dukungan insan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang terus menggenjot kemolekan di daerah itu.
"Kabupaten Kampar terus membuktikan komitmen untuk memajukan sektor parekraf. Hal ini terbukti dengan adanya pengelolaan destinasi wisata yang mampu memikat wisatawan. Destinasi wisata ini juga diharapkan berdampak positif pada masyarakat setempat dan UMKM," tutupnya.(ADV/pariwara)