Big Data Management PHR: Ibarat Menambang Emas

Padangnya Luas, Teknologinya Pas

Padangnya Luas, Teknologinya Pas
Tim IT PT PHR saat melakukan ekspose beberapa waktu lalu/liputanoke/elpi

LIPO - “Aroma” persaingan dan ketatnya kompetisi dalam pengelolaan minyak dan gas di Indonesia nyata terjadi dan sangat disadari oleh setiap perusahaan minyak di Indonesia. Mereka dituntut lebih dalam pengelolaan minyak yang bermuara pada keluaran (produksi) yang maksimal  dan kinerja yang optimal.

Tidak terkecuali bagi Pertamina Hulu Rokan (PHR), yang berada di bawah Subholding Upstream, PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Saat ini, PHR terus memainkan peran penting dalam industri minyak dan gas di Indonesia, berkontribusi signifikan terhadap produksi minyak nasional. Fokus pada inovasi teknologi dan peningkatan produksi, PHR berupaya untuk menjaga keberlanjutan pasokan energi di Indonesia.

PHR hanya salah satu dari banyaknya perusahan yang berkonstribusi terhadap minyak nasional. Sebut saja  PT Medco E&P Indonesia yang beroperasi di berbagai blok migas, baik di darat maupun di lepas pantai. Ada pula ExxonMobil Indonesia yang mengelola Blok Cepu di Jawa Tengah yang menjadi salah satu penghasil minyak terbesar di Indonesia, dan sejumlah perusahan berskala nasional dan Internasional lainnya.

Ini berarti bahwa pemerintah, di bawah Kementerian ESDM sudah mengatur pola pengelolaan minyak nasional secara baik. Dengan motto “Mewujudkan kualitas hidup manusia Indonesia yang tinggi, maju, dan sejahtera” menjadi energi posistif bagi setiap pelaku/pemain di sektor migas dan gas di tanah air. Semua tertata dan terkelola dengan baik dengan adanya ketentuan pokok Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Minyak dan Gas Bumi yaitu melalui Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 7 Tahun 2019 tentang Pengelolaan dan Pemanfaatan Data Minyak dan Gas Bumi pada tanggal 10 Januari 2022. Substansinya adalah serah terima dan pengelolaan data, data komitmen KKKS di wilayah terbuka, keanggotaan (membership) data migas, data kegiatan studi bersama dan lelang WK migas, serta kerja sama data. Artinya, setiap perusahaan pengelola minyak dan gas dituntut dalam penyiapan big data dari setiap kegiatan produksi dan lifting.

Dianalogikan sebagai Tambang Emas

Snijders dalam bukunya "Big data: Big Gaps of Knowledge in the Field of Internet Science" (2012), dalam International Journal of Internet Science menyebutkan bahwa big data diartikan sebagai ukuran di luar kemampuan alat bantu perangkat lunak yang umum digunakan untuk menangkap, merawat, mengelola, dan memproses data dalam waktu yang telah berlalu. Big data dapat dianalogikan sebagai tambang emas yang luas. Di dalam tambang ini, ada banyak sekali "emas" (insight atau informasi berharga) yang terkubur di dalam "batu" (data yang tidak terstruktur). Anda memerlukan peralatan yang tepat dan teknik penambangan yang canggih (seperti machine learning dan analitik) untuk mengekstrak nilai dari data. Di perusahan minyak, big data memainkan peran untuk mengelola integrasi data produksi sebagai referensi utama untuk analisis.

PHR menyadari dan sudah menerapkan bahwa big data dalam digitalisasi menjadi tulang punggung keberhasilan operasi yang aman, handal dan efisien. Operasi Aman (Safety) adalah digitalisasi memungkinkan monitoring real-time dan sistem peringatan dini yang dapat mengidentifikasi potensi risiko atau kegagalan. Misalnya, sensor IoT yang memantau kondisi mesin dapat mendeteksi getaran yang tidak normal atau panas berlebih, sehingga tindakan preventif dapat diambil sebelum terjadi kerusakan atau kecelakaan.

Operasi Handal (Reliability) adalah teknologi digital membantu menjaga keandalan dengan memantau dan menganalisis data kinerja secara berkelanjutan. Dengan demikian, perusahaan dapat memprediksi kapan peralatan memerlukan perawatan atau penggantian, mengurangi downtime yang tidak terencana dan meningkatkan keberlanjutan operasi.

Sedangkan Operasi Efisien (Efficiency) adalah digitalisasi meningkatkan efisiensi dengan mengotomatiskan proses yang sebelumnya manual, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan produktivitas. Misalnya, analitik data dan AI dapat digunakan untuk mengoptimalkan jadwal produksi atau distribusi, mengurangi waktu yang terbuang dan sumber daya yang digunakan.

Dalam rilis Agustus 2024 di Pekanbaru, PHR menyadari bahwa dalam setiap operasionalnya semua pekerjaan oleh PHR harus dilakukan secara aman, handal dan efisien. Dengan lapangan terbesar dengan area seluas kurang lebih 6.200 km2, meliputi 7 kabupaten/kota di Provinsi Riau, tentu PHR menyempurnakan kegiatan yang menyeluruh secara digitalisasi dan memungkinkan perusahaan untuk mengintegrasikan sistem dan data mereka secara lebih baik, mengambil keputusan berbasis data yang lebih tepat, serta meningkatkan kinerja secara keseluruhan dalam menghadapi tantangan operasional yang kompleks.

5V Big data

Berpijak pada kondisi ini, maka sudah seharusnya PHR menerapkan poin-poin penting dalam big data mencakup beberapa aspek volume, velocity, variety, veracity, dan value.  Ini disebutka juga dengan 5V big data. Sebetulnya istilah 5V Big data ini mulai berkembang dari konsep "3V" yang pertama kali diperkenalkan oleh Doug Laney, seorang analis di META Group (sekarang bagian dari Gartner), pada awal 2000-an. Doug Laney awalnya memperkenalkan konsep volume, velocity, dan variety. Seiring waktu, dua elemen tambahan, veracity dan value, ditambahkan oleh para profesional dan akademisi untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang karakteristik data besar.

Pertama volume. Volume adalah jumlah data yang sangat besar, sering kali diukur dalam petabyte atau lebih. Data ini bisa berasal dari berbagai sumber seperti media sosial, transaksi bisnis, sensor IoT, dll. Contohnya, media mendapatkan data tentang kontribusi >160 ribu barrel minyak perhari, 25% dari produksi nasional Indonesia oleh PHR. Data ini diolah oleh media sebagai data awal untuk melakukan perbandingan dengan data besaran produksi minyak nasional. Sehingga, data ini bisa disebut sebagai volume dalam big data. Kedua adalah velocity. Velocity merupakan kecepatan pengumpulan dan pemrosesan data secara real-time atau hampir real-time.

Ketiga adalah variety. Variety adalah beragam tipe data yang dihasilkan, baik terstruktur (database) maupun tidak terstruktur (teks, gambar, video). Ini bisa mengambil contoh infografis yang disajikan PHR dalam materinya tentang pengelolaan informasi. Dalam sajian tersebut PHR menyadari bahwa di era saat ini, ekstaksi dan analisa informasi selalu menjadi tujuan akhir. Tujuan ini, menurut PHR perlu dimulai dengan pondasi sumber data yang kuat. Ada kurva/infografis yang mudah untuk dipahami oleh peserta dalam acara tersebut.

Keempat adalah veracity. Veracity adalah kualitas dan akurasi data yang dapat mempengaruhi keandalan analisis data. Contohnya, ambil saja data PHR saat ini memiliki >11 ribu sumur minyak aktif yang tersebar di lebih >80 lapangan aktif. Keakuratan data ini penting sebagai informasi awal bahwa kita bisa mengukur berapa besar areal yang harus diurus oleh pihak PHR. Data ini juga sangat erat hubungan dengan poin ketiga dalam 5V big data, yaitu value. Value adalah nilai atau manfaat yang dapat diekstraksi dari data untuk menghasilkan wawasan yang berharga bagi bisnis atau penelitian.

Infrastruktur dan Teknologi:

Pembahasan tentang Big data kita tidak bisa melepaskan diri dari persoalan tentang infrastruktur dan teknologi. Di dalamnya ada pemanfaatan teknologi seperti Hadoop, Spark, NoSQL, dan alat pemrosesan data lainnya untuk menyimpan dan mengelola data besar. Juga ada penggunaan arsitektur komputasi terdistribusi untuk menangani penyimpanan dan pemrosesan data yang besar. Dalam paktiknya, hal ini sebenarnya sudah diterapkan oleh PHR sejak beberapa tahun terahir, yaitu adanya adopsi metode “Data Foundation” dan best practice-nya untuk setiap inisiatif digital oleh PHR. Juga adanya adopsi teknologi Virtual Reality (VR) yang menghadirkan pengalaman pelatihan dan upskilling baru, yaitu teknologi imersif dengan visualisasi 3 dimensi (3-D).

           Dalam pengaplikasian konsep dasar Big data, yang tidak kalau menarik dan tidak boleh diabaikan adalah adanya analisis data. Teknik analisis seperti analisis deskriptif, prediktif, dan preskriptif untuk mengubah data menjadi wawasan yang dapat ditindaklanjuti. Juga adanya, penggunaan alat seperti Machine Learning dan Artificial Intelligence untuk menemukan pola tersembunyi dan membuat prediksi. PHR sudah menerapkan pengunaan Artificial Intelligence (AI) untuk melakukan fungsi pengawasan otomatis melalui CCTV yang tersebar di rig, dan menginformasikan perilaku tidak selamat kepada Command Center (contoh: tidak menggunakan helm, Safety Glove, dsb.).

Keamanan dan Privasi Data

Selain poin diatas, hal yang tidak kalau penting dalam big data adalah soal keamanan dan privasi data. Melindungi data sensitif dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi dan lainnya. Konsep ini mencakup juga tentang bagaimana menjaga integritas dan akses data hanya untuk pihak yang berwenang. Contohnya, penerapkan Geographic Information System (GIS) oleh PHR untuk mendukung keselamatan berkendara.

Langkah cerdas dalam penerapkan Geographic Information System oleh PHR juga  sebagai pengambilan keputusan berdasarkan data, yang juga bagian penting dalam langkah cerdas. Upaya ini merupakan menggunakan wawasan dari big data untuk mendukung pengambilan keputusan yang lebih baik di berbagai bidang. Langkah ini juga akan berguna untuk bagaimana pelaku bisnis bisa memanfaatkan data untuk strategi bisnis, peningkatan efisiensi operasional, dan inovasi produk.

Selain itu, hal lain yang harus diperhatikan dalam penerapan big data adalah adanya manajemen data yang melibatkan teknik dan alat yang digunakan untuk membersihkan, mengintegrasikan, dan menyimpan data secara efisien. Bagi perusahan minyak dan gas yang berskala nasional, khusunya PHR, proses ini sangat penting untuk memastikan data yang digunakan dalam analisis dan pengambilan keputusan adalah data yang berkualitas tinggi dan dapat diandalkan. Data governance dan metadata management memainkan peran penting dalam menjaga kualitas serta ketersediaan data, memastikan bahwa data dikelola dengan baik dan dapat diakses oleh pihak yang membutuhkan.

Setelah adanya manajemen data, visualisasi data juga menjadi hal yang perlu diperhatikan. visualisasi data adalah proses menyajikan hasil analisis data dalam format yang mudah dipahami, seperti grafik, dashboard, dan laporan interaktif. Tujuan utama dari visualisasi data adalah untuk membantu para pengambil keputusan memahami pola-pola data yang mungkin sulit diinterpretasikan hanya dari angka atau tabel. Beberapa alat yang populer digunakan untuk visualisasi data termasuk tableau, power BI, dan D3.js. Alat-alat ini memungkinkan pengguna untuk membuat visualisasi yang dinamis dan interaktif yang membantu dalam mengidentifikasi tren dan membuat keputusan berdasarkan data.

Tantangan

Sekadang disadari bahwa ada beberapa tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan big data. Salah satu tantangannya adalah mengatasi masalah seperti data silos dan integrasi data dari berbagai sumber. Selain itu, skala pemrosesan yang besar dan biaya penyimpanan yang tinggi juga menjadi tantangan yang signifikan. Penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan untuk memproses data dalam jumlah besar dan kebutuhan untuk tetap responsif dan efisien. Tantangan-tantangan ini memerlukan strategi yang matang dan penggunaan teknologi yang tepat untuk memastikan bahwa Big data dapat dikelola dan dimanfaatkan dengan baik. Hal ini sudah diterapkan oleh PHR, yaitu adanya digitalisasi di WK Rokan yang memastikan continuous improvement dan kolaborasi.Tujuannya adalah demi kebermanfaatan yang lebih luas untuk Pertamina dan negara.

Tidak hanya PHR, namun perusahaan minyak nasional lainnya juga menghadapi tantangan besar dalam menguasai big data di era digital ini. Perlu ditegaskan kembali bahwa big data adalah kunci untuk meningkatkan efisiensi operasional, mengoptimalkan produksi, dan mengurangi biaya dalam industri minyak dan gas. Akan tetapi, banyak perusahaan minyak nasional yang masih mengalami kesulitan dalam mengelola, menganalisis, dan memanfaatkan data yang mereka miliki. Hal ini dapat menghambat perkembangan mereka di pasar global yang semakin kompetitif.

Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan infrastruktur teknologi informasi dan kemampuan analitis yang memadai. Kita harus akui bahwa ada perusahaan minyak nasional yang masih menggunakan sistem data tradisional yang terfragmentasi dan tersebar di berbagai departemen. Data-data ini sering kali disimpan dalam "silo" yang terisolasi, sehingga menyulitkan integrasi dan analisis yang efektif. Analogi yang bisa menggambarkan situasi ini adalah seperti memiliki perpustakaan besar dengan ribuan buku yang tersebar di berbagai ruangan tanpa sistem katalog yang terorganisir. Hal ini membuat pencarian informasi yang relevan menjadi sangat sulit dan memakan waktu.

Selain itu, keterbatasan sumber daya manusia yang terampil dalam teknologi big  data menjadi hambatan besar. Kurangnya tenaga ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang analisis data, pemrograman, dan algoritma machine learning membuat perusahaan sulit untuk memanfaatkan data yang dimiliki secara optimal. Kondisi ini mirip dengan memiliki bahan bakar berkualitas tinggi tetapi tidak memiliki insinyur yang terlatih untuk mengoperasikan mesin-mesin canggih.

Algoritma Machine Learning

Di dunia yang semakin digital, penerapan big data yang efektif telah membawa perubahan besar bagi perusahaan kelas dunia. Sebagai contoh, perusahaan minyak global seperti Royal Dutch Shell dan BP telah menggunakan big data untuk meningkatkan efisiensi operasional dan pengambilan keputusan. Shell, misalnya, menggunakan analisis data canggih untuk memprediksi kegagalan peralatan dan merencanakan perawatan preventif, mengurangi waktu henti (downtime) dan menghemat biaya jutaan dolar setiap tahun. Mereka menggunakan data dari sensor yang dipasang di rig pengeboran untuk memonitor kondisi peralatan secara real-time dan menggunakan algoritma machine learning untuk mendeteksi anomali sebelum kerusakan terjadi.

Untuk mengatasi tantangan ini, perusahaan minyak nasional perlu mengadopsi pendekatan holistik dalam penerapan big data. Pertama, diperlukan investasi dalam infrastruktur teknologi yang canggih dan modern. Ini termasuk penggunaan cloud computing, penyimpanan data terstruktur dan tidak terstruktur, serta platform analitik yang memungkinkan integrasi dan analisis data secara real-time. Dengan infrastruktur yang tepat, perusahaan dapat menggabungkan data dari berbagai sumber dan membuat sistem analisis yang lebih terintegrasi.

Kedua, perusahaan harus fokus pada pengembangan kemampuan sumber daya manusia. Ini bisa dilakukan melalui pelatihan intensif, kerjasama dengan institusi pendidikan, dan rekrutmen talenta baru yang memiliki keahlian di bidang data science, artificial intelligence, dan machine learning. Perusahaan juga bisa belajar dari perusahaan teknologi terkemuka yang telah sukses memanfaatkan big data, seperti Google atau Amazon, yang selalu mengutamakan inovasi dan pengembangan kemampuan SDM.

Ketiga, penting bagi perusahaan untuk membangun budaya yang berorientasi pada data (data-driven culture). Manajemen puncak harus memberikan contoh dengan menggunakan data dalam pengambilan keputusan dan mendorong semua lapisan organisasi untuk melakukan hal yang sama. Dalam hal ini, big data tidak hanya dipandang sebagai proyek teknologi, tetapi sebagai bagian integral dari strategi bisnis.

Kompas Digital

Untuk memperjelas, bayangkan big data sebagai “kompas digital” di tengah samudra informasi. Tanpa kompas ini, perusahaan mungkin akan berlayar tanpa arah yang jelas, membuang sumber daya dengan sia-sia, dan pada akhirnya tertinggal dari para pesaing yang lebih maju. Namun, dengan pemanfaatan Big data yang tepat, perusahaan minyak nasional bisa merancang jalur pelayaran yang lebih efisien, menghindari badai, dan menemukan peluang baru di tengah ketidakpastian pasar global.

Dengan demikian, penerapan big data yang baik akan memungkinkan perusahaan minyak nasional untuk tidak hanya bersaing tetapi juga memimpin di pasar global. Melalui investasi dalam teknologi, pengembangan sumber daya manusia, dan transformasi budaya, perusahaan minyak nasional dapat mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan big data sebagai kekuatan pendorong untuk inovasi dan pertumbuhan berkelanjutan.

Digitalisasi telah menjadi tulang punggung keberhasilan operasi yang aman, handal, dan efisien bagi perusahaan-perusahaan di sektor minyak dan gas, termasuk Pertamina Hulu Rokan (PHR). Sebagai salah satu entitas penting di industri ini, PHR telah mengimplementasikan solusi digitalisasi untuk mengoptimalkan operasi dan meningkatkan kinerja.

Menurut para ahli, seperti David Holmes, Kepala Solusi Digital di TIBCO Software, "Digitalisasi memungkinkan perusahaan minyak dan gas untuk mencapai efisiensi operasional yang lebih baik, mengurangi downtime, dan meningkatkan keselamatan."

Diharapkan, bagi PHR, digitalisasi bukan hanya tentang adopsi teknologi canggih, tetapi juga integrasi yang menyeluruh antara sistem produksi dan manajemen data. Dengan memanfaatkan teknologi digital, PHR dapat meningkatkan output produksi dan kualitas layanan. Sebagai contoh, digitalisasi memungkinkan monitoring real-time terhadap peralatan dan proses produksi, yang pada akhirnya meminimalkan risiko kegagalan peralatan dan mencegah insiden yang tidak diinginkan. Selain itu, dengan data yang terintegrasi, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih cepat dan akurat untuk meningkatkan efisiensi produksi.

Tepat Sasaran

Implementasi solusi digital di PHR juga sudah diterapkan di berbagai sektor Pertamina, seperti dalam penyaluran BBM Subsidi dan pengiriman shipment di seluruh Indonesia. Penggunaan teknologi digital memungkinkan pengelolaan logistik yang lebih efisien dan terkoordinasi dengan baik, yang pada gilirannya mengurangi biaya operasional dan memastikan distribusi BBM subsidi yang lebih tepat sasaran. Di 10 wilayah kerja Sharing Hulu Unit (SHU) lainnya, digitalisasi membantu optimasi produksi melalui analisis data dan monitoring yang lebih efektif.

Integrasi data produksi dari PHR ke Sistem Operasi Terpadu Nasional SKK Migas merupakan langkah penting untuk mendukung monitoring produksi nasional. Dengan integrasi ini, pemerintah dapat memantau kinerja produksi secara real-time dan melakukan penyesuaian strategi sesuai kebutuhan nasional. Digitalisasi di PHR, dengan demikian, bukan hanya meningkatkan kinerja operasional perusahaan, tetapi juga mendukung pencapaian target produksi nasional dan meningkatkan ketahanan energi Indonesia secara keseluruhan.

Kesimpulannya, Pertamina Hulu Rokan harus terus dan mampu menunjukkan bahwa digitalisasi adalah kunci untuk pengelolaan minyak yang efektif dan berkelanjutan. Dengan memanfaatkan teknologi dan integrasi data, masa depan energi Indonesia bisa lebih cerah. "Masa depan adalah milik mereka yang siap berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan”. Inilah sebuah prinsip untuk dipegang. Semoga.(***)

 

Penulis; Elpi Alkhairi

 

 

 

 

 

 

 

 

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#PT Pertamina Hulu Rokan

Index

Berita Lainnya

Index