PEKANBARU, LIPO - Kasus bullying yang menimpa seorang siswa SDN 108 Pekanbaru hingga meninggal dunia mendapat perhatian serius dari praktisi hukum Riau, Dr. Ragil Ibnu Hajar SH MKn.
Ia menilai insiden ini merupakan pekerjaan bersama yang harus ditangani oleh berbagai pihak, mulai dari dinas terkait, sekolah, hingga para guru.
Ragil mengatakan, selama ini dunia pendidikan kerap fokus pada pemenuhan sertifikasi guru, namun kurang memperhatikan pendekatan pembelajaran dan psikologi mengajar, terutama di jenjang sekolah dasar.
Menurutnya, karakter dan kebutuhan psikologis siswa SD berbeda dengan siswa SMP maupun SMA, maka dari itu guru harus mendapatkan pelatihan khusus dari psikologi.
“Guru harus diberikan pelatihan tentang psikologi mengajar di usia tersebut. Selain itu, dinas pendidikan perlu rutin melakukan penyuluhan serta memfasilitasi sekolah untuk menggelar seminar bersama orang tua, guru, dan siswa tentang bullying maupun bahaya narkoba,” ujarnya, Rabu 26 November 2025.
Ia menambahkan, edukasi semacam itu penting agar ketika siswa bertanya tentang bullying, guru mampu memberikan penjelasan. Guru juga perlu diberikan akses berkonsultasi dengan psikolog terkait penanganan kasus serupa.
“Jadi tidak hanya fokus pada metode mengajar, tetapi juga pola asuh dan pendekatan emosional terhadap anak,” katanya.
Terkait peran dinas dan dewan pendidikan, Ketua IKA UIR mengaku tidak tahu persis, namun Dia berharap adanya sosialisasi menyeluruh di seluruh sekolah di Riau mengenai bahaya bullying pada siswa SD hingga SMA. Karena, bullying dapat merusak mental anak dan harus dicegah melalui sosialisasi.
“Harapannya, dinas dan dewan pendidikan turun langsung ke sekolah-sekolah untuk melakukan sosialisasi. Dengan begitu, sekolah lain bisa melakukan hal serupa atau mengembangkan langkah pencegahan sesuai kondisi masing-masing,” ujarnya.*****
GoogleNews
