Pekanbaru, LIPO-Provinsi Riau menjadi satu-satunya daerah yang masih tinggi persentase penggunaan bahan bakar minyak (BBM) Premium, pasca dialihkannya ke BBM jenis lain Pertalite, oleh PT Pertamina (Persero), untuk wilayah Sumatra.
Hal tersebut disampaikan oleh Marketing branch manager Sumbar Riau, Pramono Wibowo, Senin (13/11). Menurutnya, tercatat 48 persen pengguna BBM di Riau masih menggunakan Premium, walaupun sudah ada himbauan untuk mengganti ke Pertalite.
"Riau masih paling tinggi premium sampai 48 persen, secara nasional premium di angka 35-40 persen riau masih cukup tinggi pengguna premium. Di Sumatra Utara tinggal 20 persen, dan di Aceh tinggal 30 persen," ujar Pramono.
Dijelaskan Pramono, pengalihan dari Premium ke Pertalite, karena banyak produk baru CPO yang dulu Premium dan Solar, sekarang ada Pertalite dan Pertamax. Dengan demikian Premium lambat laun akan tergantikan dengan Pertalite, hanya saja tingkat pengguna Premium di Riau masih tinggi.
"Sekarang Premium di Kota memang diusahakan tidak ada lagi. Memang permintaan masih tinggi di Riau ini. Lambat laun akan berkurang persentasenya," jelas Pramono.
Sejauh ini respon masyarakat terhadap BBM jenis Pertalite cukup tinggi. Hanya saja penjualan BBM di SPBU di Riau masih mendominasi, sehingga masyarakat memilih Premium yang harganya lebih murah dari Pertalite, maupun Pertamax.
Sementara itu, salah seorang warga Pekanbaru, saat ditemui, mengaku dirinya masih membeli BBM jenius Premium karena lebih murah dan masih di jual. Baik di SPBU maupun di eceran, sedangkan Pertalite harganya lebih mahal.
"Sampai sekarang saya masih pakai Premium, tak pernah pakai Pertalite. Kalau masyarakat macam kami ni mampunya ya beli BBM yang murah. Walaupun kata orang Pertalite lebih baik. Sesekali susah juga mencari Premium," kata Zul warga Rumbai.
Untuk diketahui, dalam beberapa bulan ini, di beberapa SPBU yang ada di Pekanbaru dan wilayah Riau lainnya, BBM jenis Premium mulai di tiadakan. Dan hanya menjual BBM jenis Pertitr dan Pertamax, bahkan setiap pembelian Premium di SPBU tampak antrian panjang baik sepeda motor maupun kendaraan ronda empat untuk membeli BBM jenis Premium.(lipo*3/net)
Hal tersebut disampaikan oleh Marketing branch manager Sumbar Riau, Pramono Wibowo, Senin (13/11). Menurutnya, tercatat 48 persen pengguna BBM di Riau masih menggunakan Premium, walaupun sudah ada himbauan untuk mengganti ke Pertalite.
"Riau masih paling tinggi premium sampai 48 persen, secara nasional premium di angka 35-40 persen riau masih cukup tinggi pengguna premium. Di Sumatra Utara tinggal 20 persen, dan di Aceh tinggal 30 persen," ujar Pramono.
Dijelaskan Pramono, pengalihan dari Premium ke Pertalite, karena banyak produk baru CPO yang dulu Premium dan Solar, sekarang ada Pertalite dan Pertamax. Dengan demikian Premium lambat laun akan tergantikan dengan Pertalite, hanya saja tingkat pengguna Premium di Riau masih tinggi.
"Sekarang Premium di Kota memang diusahakan tidak ada lagi. Memang permintaan masih tinggi di Riau ini. Lambat laun akan berkurang persentasenya," jelas Pramono.
Sejauh ini respon masyarakat terhadap BBM jenis Pertalite cukup tinggi. Hanya saja penjualan BBM di SPBU di Riau masih mendominasi, sehingga masyarakat memilih Premium yang harganya lebih murah dari Pertalite, maupun Pertamax.
Sementara itu, salah seorang warga Pekanbaru, saat ditemui, mengaku dirinya masih membeli BBM jenius Premium karena lebih murah dan masih di jual. Baik di SPBU maupun di eceran, sedangkan Pertalite harganya lebih mahal.
"Sampai sekarang saya masih pakai Premium, tak pernah pakai Pertalite. Kalau masyarakat macam kami ni mampunya ya beli BBM yang murah. Walaupun kata orang Pertalite lebih baik. Sesekali susah juga mencari Premium," kata Zul warga Rumbai.
Untuk diketahui, dalam beberapa bulan ini, di beberapa SPBU yang ada di Pekanbaru dan wilayah Riau lainnya, BBM jenis Premium mulai di tiadakan. Dan hanya menjual BBM jenis Pertitr dan Pertamax, bahkan setiap pembelian Premium di SPBU tampak antrian panjang baik sepeda motor maupun kendaraan ronda empat untuk membeli BBM jenis Premium.(lipo*3/net)