LIPO - Paparan panas matahari terasa sangat menyengat dalam beberapa hari belakangan ini. Tentu, terik dan hawa panas ini menjadi tantangan tersendiri bagi umat muslim yang sedang menunaikan ibadah puasa.
"Panas hari terasa lain, teriknya terasa menusuk kulit," kata warga, Reni saat berbelanja makanan untuk berbuka.
Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Syarif Kasim II - Pekanbaru Ramlan, mengakui beberapa hari ini memang kita rasakan udara lebih panas dari hari-hari sebelumnya.
Kondisi ini dapat disebabkan beberapa hal, yaitu akhir Maret posisi matahari tepat diatas ekuator (khatulistiwa) dan bergerak menuju wilayah utara, sehingga pada saat posisi matahari tegak lurus terhadap garis khatulistiwa, cahaya matahari masuk secara maksimal ke permukaan bumi.
"Kebetulan juga wilayah Riau berada di sekitar garis khatulistiwa," kata Ramlan, Rabu (11/04/23).
Dijelaskan lebih lanjut, dua hari terakhir tumbuh bibit siklon di wilayah utara dan selatan secara bersamaan, sehingga awan-awan yang tumbuh di wilayah Indonesia terkonsentrasi di kedua wilayah tersebut.
"Sehingga sebagian besar wilayah Indonesia sekitar Ekuator (garis khatulistiwa) awan-awan yang terbentuk hanya awan-awan tipis sehingga ruang udara sangat terbuka yang menyebabkan sinar matahari secara maksimal terserap oleh bumi terutama pada siang hari," jelasnya.
Disamping itu saat ini Riau juga pada kondisi musim transisi dari musim hujan ke musim kemarau.
BMKG menghimbau masyarakat tidak perlu kuatir dengan fenomena tersebut. Untuk menjaga agar tetap bugar dan tidak dehidrasi akibat suhu panas, masyarakat diminta konsumsi air dan vitamin yang cukup.
"Kurangi aktivitas yang berlebihan." demikian disampaikan Ramlan. (*5)