JAKARTA, LIPO - Tenaga medis saat ini merupakan garda terdepan dalam upaya penyelamatan pasien Covid-19. Namun, kelangkaan atau kekurangan Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai, membuat tenaga medis "bertaruh nyawa".
Banyaknya tenaga medis yang terkontaminasi oleh Covid-19, dan bahkan telah banyak yang meninggal, penyebab salah satunya adalah kurangnya ketersedian Alat Pelindung Diri (APD) yang memadai. Persoalan tersebut harus dipandang dan disikapi serius oleh pemerintah.
Dikutip dari okezone, DATA Dewan Perawat Internasional (ICN) mencatat, ada sekira 90 ribu tenaga medis di seluruh dunia yang terinfeksi COVID-19.
Menurut Ketua Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, awal bulan ini tercatat ada 38 dokter dan 17 perawat yang telah meninggal dunia akibat terinfeksi virus corona. Kekurangan atau kelangkaan APD disebut sebagai salahsatu penyebabnya.
Melihat hal tersebut, Ketua Umum FSP FARKES/R Idris Idham mendesak pemerintah untuk lebih memperhatikan keselamatan para tenaga medis yang menangani pandemi corona.
"Caranya, dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang memenuhi standar dengan jumlah yang mencukupi," ujarnya dalam sebuah siaran pers.
Para tenaga medis ini bertaruh nyawa demi kesembuhan manusia lain. Sementara itu, alat pelindung diri (APD) yang digunakan tak layak dan tak memadai jumlahnya di saat pandemi COVID-19 seperti sekarang. Sementara jumlah pasien yang dirawat masih kian bertambah.
Kondisi kebutuhan APD sangat tinggi di tengah pandemi corona tapi stok terbatas, juga diakui oleh Kementerian Kesehatan RI, Dirjen Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Bambang Wibowo.
"Kebutuhan APD sangat tinggi, sementara persediaannya terbatas. Pada saat pandemi COVID-19 seperti sekarang, APD ternyata tak hanya digunakan tenaga medis, tetapi pasien dan masyarakat umum pun menggunakannya," kata Bambang. (lipo*1)
Sumber: okezone