KAMPAR, LIPO - Nolam atau manolam adalah budaya tradisi sastra lisan yang dilakukan masyarakat Kampar. Tradisi ini berbentuk syair-syair yang dinyanyikan tanpa menggunakan alat musik. Irama menyanyikannya sangat khas, layaknya membaca syair yang dilakukan menggunakan bahasa daerah Kampar.
Demikian dikatakan pelaku tradisi lisan Kampar, Salman Azis dalam paparan materinya di acara Bimbingan Teknis (Bimtek) Pengajar Utama Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) di Bangkinang, Kabupaten Kampar, Kamis, 6 Juni 2024. “Nolam, malalak, dan baghandu adalah syair khas daerah Kampar. Jika daerah lain mengenal syair dengan irama selendang delima, syair surat kapal, maka di Kampar memiliki banyak syair-syair, diantaranya nolam, malalak, dan baghandu,” jelas Salman di hadapan peserta Bimtek Pengajar Utama RBD yang terdiri dari pengawas, kepala sekolah, dan guru SD, serta SMP.
“Tidak hanya nolam, malalak, dan syair, namun masih banyak syair-syair khas daerah Kampar yang bisa kita kembangkan untuk bisa dipelajari sebagai bentuk kecintaan terhadap sastra lisan Kampar. Ada juga batimang, basijobang, dan sejumlah syair-syair lain yang dulu sangat lazim di masyarakat Kampar, namun sekarang trasisi lisan itu sudah makin sulit kita dengarkan.
“Untuk itu, melalui program pengimbasan di sekolah, akan tumbuh kecintaan siswa dan guru pada syair-syair khas daerah Kampar,” harap Salman, yang merupakan Sastrawan Terpilih Balai Bahasa Provinsi Riau tahun 2023 dan Tokoh Budaya Dinas Provinsi Riau tahun 2021.
Sementara itu, Kepala Balai Bahasa Provinsi Riau, Toha Machsum, M.Ag., dalam paparan materinya mengatakan pelindungan bahasa daerah menjadi program priortas Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada beberapa tahun terakhir.
Program ini masuk dalam tiga program prioritas Badan Bahasa, yaitu pelindungan bahasa dan sastra, literasi kekebahasaan dan kesastraan, dan internasionalisasi bahasa Indonesia.
“Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa menjadikan Pelindungan Bahasa Daerah dalam program prioritas nasional. Salah satu bentuk penerapan program tersebut adalah melakukan RBD di empat kabupaten dan kota di Provinsi Riau pada tahun 2024 ini,” kata Toha.
Keempat daerah yang menjadi sasaran pelaksaan RBD pada tahun ini, menurut Toha adalah Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten Kampar, Kata Dumai, dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Untuk itu, Bimtek Pengajar Utama RBD menjadi bagian dari rangkaian kegiatan RBD. Puncaknya adalah Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) di tingkat kabupaten/kota, tingkat provinsi, dan tingkat nasional. Untuk tingkat kabupaten dan provinsi akan dilaksanakan pada tahun 2024. Sedangkangkan, untuk tingkat nasional akan diaadakan pada tahun 2025.
“Bimtek Pengajar Utama adalah langkah awal agar peserta Bimtek bisa melakukan pengimbasan di sekolah kepada guru dan siswa. Sehingga, mereka yang mendapatkan mengimbasan, khususnya siswa akan dipilih untuk bisa ikut di acara FTBI tingkat kabupaten/kota,” jelas Toha.
Di hadapan 60 orang peserta Bimtek, Toha juga mengimbau agar peserta Bimtek bisa dengan maksimal mengimbaskan 7 mata lomba yang akan dipertandingkan dalam acara FTBI.
Tujuh mata lomba tersebut adalah bahasa Melayu Riau berbasis cerpen, puisi, aksara arab melayu, komedi tunggal, syair, mendongeng, dan pidato. Sebanyak tujuh mata lomba tersebut dijabarkan dengan rinci dalam setiap materi yang dipaparkan oleh narasumber dalam Bimtek Pengajar Utama RBD di Kabupaten Kampar yang berlangsung dari tanggal 4-7 Juni 2024.
Pola 40 Jam
Mereka yang menjadi narasumber dalam acara Bimtek yang dihadari pengawas, kepala sekolah, dan guru dari SD dan SMP di Kabupaten Kampar, sebagai peserta adalah, Toha Machsum, Olyrinson, Amran Syarifuddin, Salman Azis, Zulrahman, dan Latif Hasyim. Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan modul sebagai panduan dalam pengimbasan di sekolah, sertifikat pola 40 jam, uang transpor, dan souvenir.
Acara dibuka oleh Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Kampar, H Aidil, S.H., M.Si.
Dalam matarinya, saat membuka acara, Aidil menyinggung tentang kekhawatirannya terhadap ancaman kepunahan bahasa daerah. Dirinya menyadari bahwa program revitalisasi adalah upaya memperlambat kepunahan bahasa daerah di Kab. Kampar. Untuk itu, dirinya mendukung prgram RBD yang dilakukan oleh Balai Bahasa Provinsi Riau. “Saya bangga dan senang dengan dijadikannya Kabupaten Kampar sebagai bagian dalam program RBD pada tahun ini,” ungkap Aidil. (LIPO/rls)