PPI Riau Soroti Rendahnya Partisipasi Pemilih pada Pilkada 2024

PPI Riau Soroti Rendahnya Partisipasi Pemilih pada Pilkada 2024
Perhimpunan Pemilih Indonesia (PPI) Provinsi Riau/lipo

LIPO - Perhimpunan Pemilih Indonesia (PPI) Provinsi Riau menyoroti rendahnya partisipasi pemilih pada Pilkada Serentak 2024.

 Dengan tingkat partisipasi hanya mencapai 61%, angka ini jauh dari target Komisi Pemilihan Umum (KPU) Riau sebesar 80%. Penurunan ini menjadi tantangan serius, terutama di Kota Pekanbaru yang mencatatkan partisipasi hanya 46,02%, anjlok dibandingkan 62,20% pada Pilkada 2018.

Koordinator Umum PPI Riau, Hasan, menyatakan bahwa rendahnya partisipasi ini mencerminkan perlunya evaluasi mendalam terhadap pelaksanaan Pilkada.

“Rendahnya partisipasi harus menjadi cambuk bagi semua pihak, terutama penyelenggara pemilu seperti KPU dan Bawaslu. Ini bukan hanya soal angka, tetapi juga legitimasi demokrasi,” kata Hasan dalam diskusi bersama pengurus PPI di Pekanbaru, Rabu 4 Desember 2024.

Sementara itu koordinator Partisipasi Masyarakat PPI Riau, Witra Yeni, mengidentifikasi beberapa penyebab utama rendahnya partisipasi pemilih. Salah satu faktor utama adalah kejenuhan masyarakat terhadap proses pemilu akibat jadwal Pilkada yang terlalu dekat dengan Pemilu serentak pada Februari 2024.

“Kejenuhan ini membuat masyarakat enggan mengikuti tahapan pemilihan, termasuk hadir di TPS,” jelas Witra.

Faktor lain adalah dominasi aktor politik tertentu dalam pencalonan yang dinilai kurang menarik perhatian masyarakat. Menurut Khaidir, mantan Ketua Bawaslu Pelalawan, fenomena ini berdampak pada legitimasi pasangan calon yang terpilih.

“Ketika masyarakat merasa pasangan calon kurang representatif, partisipasi akan menurun drastis,” ungkapnya.

Selain itu, lemahnya kerja pengawasan oleh Bawaslu dan kurangnya efektivitas sosialisasi bagi pemilih pemula juga menjadi sorotan. Banyak pemilih muda yang tidak dapat menggunakan hak pilihnya karena tidak memiliki KTP elektronik atau dokumen kependudukan lainnya.

“Distribusi formulir C-Pemberitahuan yang tidak merata juga membuat pemilih merasa tidak mendapat undangan untuk memilih. Ditambah lagi, lokasi TPS yang lebih jauh akibat restrukturisasi jumlah TPS turut menambah rasa malas masyarakat,” tambah Witra.

Meski beberapa daerah diguyur hujan pada hari pemungutan suara, Sriyanto, anggota PPI Riau, menegaskan bahwa cuaca tidak bisa dijadikan alasan utama rendahnya partisipasi.

“Pada Pilkada 2020, meskipun hujan deras dan pandemi COVID-19 melanda, partisipasi justru meningkat. Cuaca tidak seharusnya dijadikan kambing hitam,” tegas Sriyanto.

Hasan menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh oleh KPU dan Bawaslu untuk meningkatkan partisipasi pemilih pada pemilu mendatang. Menurutnya, partisipasi pemilih adalah indikator keberhasilan demokrasi yang menentukan legitimasi hasil pemilu.

“Sosialisasi harus lebih efektif, terutama untuk pemilih muda dan masyarakat di daerah terpencil. Kita tidak boleh mengulang kesalahan yang sama di masa depan,” katanya.

Dengan penurunan signifikan partisipasi di Pilkada 2024, PPI Riau berharap semua pihak bekerja sama untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam proses demokrasi. Kepercayaan dan antusiasme masyarakat terhadap pemilu harus kembali dibangun agar legitimasi demokrasi dapat terjaga.(***)

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

#Pilkada Serentak

Index

Berita Lainnya

Index