Turnamen Futsal di Pekanbaru Diwarnai Kericuhan, Pelajar Dikeroyok Hingga Babak Belur

Turnamen Futsal di Pekanbaru Diwarnai Kericuhan, Pelajar Dikeroyok Hingga Babak Belur

PEKANBARU, LIPO - Seorang pelajar SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci menjadi korban dugaan kekerasan saat mengikuti turnamen futsal di Lapangan FUTSAL Jidane Sport Jln. Garuda, Tangkerang Tengah, Kecamatan. Marpoyan Damai, Kota Pekanbaru, pada Sabtu (25/02/23) sore. 

 

Korban A (16) diduga dikeroyok oleh sejumlah pelajar yang belum dikenal. Penganiayaan dilakukan lebih dari 5 orang sehingga korban babak belur mengalami luka-kuka. 

 

Atas kejadian yang menimpa anaknya, orang tua korban pun melaporkan ke peristiwa dugaan penganiayaan itu ke polisi. Orang tua korban, DY (46), melapor ke Polresta Pekanbaru untuk memperoleh keadilan. 

 

"Anak saya, A (16) pada Sabtu, (25/02/23) sore bertanding futsal dengan membawa nama sekolahnya SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci melawan SMK Hasanah yang bermain di lapangan futsal di Pekanbaru dalam ajang Turnamen Futsal antar Pelajar. Saat itu, anak saya di babak Kedua mendapatkan serangan dari pihak lawan. dan seketika, anak saya dikeroyok dan dianiaya lebih dari 5 orang pelajar yang saat itu langsung membuat anak saya mengalami luka-luka dan dirawat di Rumah Sakit," tutur orang tua korban kepada wartawan pada Selasa (28/02/2023) malam.

 

Yang membuat miris kata DY, pengeroyokan itu diduga dilakukan oleh oknum pelajar SMK Hasana selaku tuan rumah. 

 

"Ditambah lagi, saat kejadian tidak yang melerai,  padahal itu turnamen futsal resmi," sambungnya.

 

"Sudah kami laporkan ke Polresta Pekanbaru, karena ini sungguh tindakan penganiayaan dan pengeroyokan yang sangat keji. Sampai anak kami mengalami luka-luka dan masih dirawat dirumah sakit sampai saat ini," lanjutnya.

 

AY berharap, pelaku penganiayaan terhadap putranya ditangkap dan diproses secara hukum. Karena perbuatan para pelaku sangat tidak bisa diterima nalar, satu orang keroyok ramai-ramai. 

 

"Kami berharap adanya keadilan sesuai perundang-undangan yang berlaku, dan kami yakin dan percaya bahwa negara ini adalah negara hukum. Dan kami berharap peristiwa yang menimpa anak kami ini menjadi pelajaran besar buat pelajar lainnya. Sehingga, kedepannya tidak terulang," pungkasnya.

 

Kakak korban, YE, juga sangat menyesalkan kejadian itu, apalagi pihak panitia tidak langsung menghubungi keluarga korban. 

 

"Saat kejadian, pihak panitia tidak ada menghubungi kami, malah kami yang menghubungi pihak panitia. Dan saat mengetahui adik saya menjadi korban penganiayaan dan pengeroyokan saat turnamen futsal antar pelajar tersebut, pihak panitia malah meminta agar kami mendatangi dan berdamai dengan pihak sekolah yang melakukan penganiayaan dan pengeroyokan. Kan Etika pihak panitia ini tidak ada dan sangat kami sesalkan," katanya. ***

Ikuti LIPO Online di GoogleNews

Berita Lainnya

Index