LIPO - Perjalanan mendaki gunung menjadi salah satu alternatif mengembalikan rasa cinta kepada Alam dan melihat kebesaran Illahi yang tak terbatas.
Menempuh perjalanan panjang selama mendaki gunung adalah perjalanan yang harus ditempuh seorang pecinta alam. Mengingat medan area yang sangat berat, mencapai puncak Gunung Merapi Kerinci Jambi menjadi sebuah momentum yang sangat dimimpikan oleh segenap pendaki.
Mitologi mistis yang sarat dengan 'idiom ganas alam ghaib' turut mengawali perjalanan para pendaki untuk sampai puncak. Salah satu yang santer di telinga pendaki di Gunung Kerinci adalah mitos Kayu Bolong.
Menurut Wawan yang merupakan warga asli desa Kersik Tuo di kaki Gunung Kerinci, yang biasa bertugas sebagai porter atau pemandu, selalu mengingatkan pendaki tentang Kayu Bolong. Mitos ini boleh dipercaya atau tidak pernah terjadi.
"Iya pernah terjadi ada tamu dari Jakarta terdiri dari 6 orang, 1 diantaranya perempuan," ungkapnya kepada liputanoke.com, yang saat itu didampingi sahabatnya Ivando Avarisko.
Dalam proses perjalanan diketahui para pendaki tersebut terobsesi ingin mendaki Gunung Merapi Kerinci sampai puncak karena selama ini berhasil menaklukkan Gunung yang ada di Pulau Jawa. Namun, saat di Gunung Kerinci Jambi tujuan itu gagal terwujud.
"Porter 2 jalan nih dari pintu rimba menuju shelter satu, hal diluar nalar terjadi di jalur pendakian. Yang pertama minta foto di Kayu Bolong dengan cuaca yang tidak mengizinkan. Tidak foto dulu tapi kita naik dulu, nanjak dulu besok kita foto tiba di Shelter satu menuju kayu di bawah. Tetapi tidak ketemu Kayu Bolong. Itu nyata!" ungkap laki-laki yang bernama lengkap Putra Kurniawan itu.
Dari keterangan pendaki tersebut kata Wawan, mendapati keanehan karena Kayu Bolong itu seolah raib. Padahal kayu besar yang sudah mati itu selama ini dikenal ada di sana. Tapi pendaki tersebut tak menemukannya.
"Nggak ketemu Kayu Bolong. Kayu Bolong itu dimana ya? Kenapa pas turun pintu tadi nggak ketemu? Sementara aktivitas tiap hari di sana," timpal Ivando penuh keanehan sambil mengangkat kedua bahunya.
Kayu Bolong yang dianggap memiliki kekuatan mistis bagi masyarakat lokal, membuat pendaki harus waspada. Terutama menjaga sikap selama berada di area hutan Jambi yang masih kental dengan aura mistis.
Kayu Bolong itu sebenarnya adalah pohon besar yang sudah tumbang, berada di jalur kanan pendakian. Tepatnya di antara jalur Pos III menuju Shelter I.
Jalur yang dilewati pendaki dari pintu rimba hingga sampai di Shelter II merupakan jalur yang bervegetasi hutan lebat.
Dari kisah yang beredar di kalangan pendaki, berlaku aturan tersirat tidak diperbolehkan untuk berhenti di area tersebut. Terutama untuk makan, mengambil foto lokasi atau buang hajat. Berkembang rumor jika pohon ini pernah menjadi tempat disimpannya jenazah pendaki yang tewas.
Hal lain yang membuat pendaki sedikit bergidik adalah mitos sosok penunggu di area Kayu Bolong.
Ada yang menyebutnya seperti sosok nenek tua atau genderuwo. Tak hanya sampai disana, mitos hilangnya seorang pendaki di tahun 2014 pun ramai dikaitkan dengan mitos pohon besar angker ini.
Meskipun tak menyebutkan secara detail keangkeran Kayu Bolong, selaku Porter yang membantu guiding pendaki, Ivando mengingatkan pendaki untuk menjaga sikap selama berada di kawasan hutan Gunung Merapi Kerinci Jambi. Karena sikap arogansi, sombong dan memandang remeh alam akan berbanding buruk kepada pemiliknya.
Meski misteri Kayu Bolong masih dianggap tabu untuk diperbincangkan, ada fenomena mistis dibaliknya yang mengatakan bahwa ini merupakan wilayah penghuni gaib di sana.
Namun, yang terlihat lebih jelas adalah Kayu Bolong hanyalah pohon kayu besar yang tumbang karena proses alamiah dan menjadi fenomena mistis di kalangan pendaki.
Mitos Kayu Bolong boleh dipercaya boleh tidak. Namun pengalaman pendaki yang pernah terkuak menjadi sebuah pelajaran bahwa ada kekuatan tak terlihat di balik Alam Semesta.
Semua kembali kepada pribadi melihat kekuatan alam sebagai bentuk bahwa Ia ada meski tak bisa dipercayai secara eksplisit. (*16)