LIPO - Gunung kerinci tidak hanya menyimpan mitos "Kayu Bolong" yang dihuni nenek tua dan merupakan pintu gerbang ke dunia lain. Gunung yang digandrungi para pendaki ini juga dihuni berbagai satwa liar yang tak kalah menyeramkan.
Bila kita mulai menjajaki kaki di Kersik Tuo, Kayu Aro, Jambi, seketika kita melihat "Tugu Macan" yang langsung membawa pikiran kita kepada raja rimba belantara yang menakutkan.
Menurut cerita para penduduk di kawasan Kersik Tuo, Jambi, kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ini memang merupakan habitat bagi tumbuhan dan satwa penting, antara lain harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), gajah sumatera (Elephas maximus sumatrensis), kelinci sumatera (Nesolagus netscheri), tapir asia (Tapirus indicus), padma raksasa Rafflesia arnoldii, dan cemara sumatera Taxus sumatrana, selain menyimpan sumber air untuk kebutuhan kehidupan makhluk hidup.
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) menjadi salah satu dari tiga taman nasional yang masuk dalam Tropical Rainforest Heritage of Sumatera (TRHS) sejak 2004 bersama dengan Taman Nasional Leuser dan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Ketiga kawasan tersebut menjadi bagian dari Warisan Alam Dunia (World Heritage Site) selain Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Komodo, dan Taman Nasional Lorentz
Pos 1, Pos 2 dan Pos 3 Dilarang Nge-Camp
Khusus Harimau, disebutkan banyak berada di kawasan pos 1 sampai pos 3. Sehingga bagi para pecinta alam, pendaki gunung, dilarang beristirahat atau bermalam dengan waktu yang lama di pos 1 (bangku panjang) pos 2 (batu lumut), dan pos 3 (pondok panorama). Demikian juga para pendaki dianjurkan tidak melakukan solo hiking, apalagi di malam hari.
Pengalaman crew liputanoke.com bersama Pengusaha Pemuda Pancasila (BP3) Riau, dengan Alvin Adventure, yang berkesempatan menjajal alam Gunung Kerinci, tidak bisa menampik bila Gunung Kerinci di balik keindahannya menyimpan sesuatu yang bersifat 'tersirat'.
Berdasarkan penuturan Putra Kurniawan, yang bisa turun naik gunung menemani para pendaki. Perlintasan harimau di Gunung Kerinci memang berada di kawasan Pos 1 hingga Pos 3. Ketinggian Pos 3 ini sudah berada di 2225 mdpl.
Hutan lebat dan basah, semakin mayakinkan kami bahwa di kawasan itu benar-benar habitatnya.
"Di area itu memang tempat tinggalnya," kata pemuda yang biasa disapa Wawan itu kepada liputanoke.com pada Rabu (12/07/23).
Meskipun demikian disebutkan Wawan, sepanjang sepengetahuannya belum ada pendaki yang diterkam si belang tersebut.
"Jejaknya memang sering ditemui di jalur pendakian, maupun di sumber mata air. Tapi Alhamdulillah belum ada yang jadi korban diganggu harimau," kata Wawan yang turut dibenarkan temannya Ivando Avarisko.
Mendengar cerita Wawan, rasa penasaran semakin menjadi-jadi. Apakah Harimau di Gunung Kerinci sudah bersahabat dan sudah terbiasa dengan kedatangan tamunya para pendaki?.
Menurut Ivando, memang ada mitos yang berkembang selama ini bila melewati jalur pendakian dari pos 1 sampai pos 3 dianjurkan menyalakan api. Baik berupa Api unggun kecil atau merokok misalnya.
Disamping yang diceritakan Ivando, selain harimau, di gunung Kerinci juga terkenal cerita adanya sosok 'datuk' sebagai penjaga atau penunggu gunung kerinci.
"Katanya, asap dari api bisa menyampaikan pesan ke Harimau bahwa ada tamu yang sedang lewat di "Kampungnya". Betul Apa tidak, Wallahualam Bissawab," kata Ivan.
Diyakini Dihuni Mahluk Astral, Shelter 2 Dilarang Nge-Camp
Di gunung kerinci, tidak hanya ditandai dengan adanya pos 1, pos 2 , dan pos 3 sebagai tempat melepas lelah untuk sejenak. Setelah pos 3 ada shelter 1, shelter 2, dan terakhir shelter 3 sebelum melakukan summit ke puncak.
Nah, selain dilarang menginap di pos 1 sampai pos 3, di shelter 2 juga dianjurkan tidak mendirikan tenda bila tidak dalam keadaan darurat atau terpaksa. Mitos yang berkembang, di shelter 2 ini banyak dihuni mahluk astral.
"Pendaki hanya dianjurkan menginap mendirikan tenda di shelter 1 dan shelter 3," jelas Ivan.
Dijelaskan Ivan anjuran menginap di shelter 1 dan shelter 3 tidak hanya karena "itu", tetapi juga untuk mengatur tenaga untuk mencapai puncak.
Shelter 1
Untuk diketahui shelter 1 ini sudah berada di ketinggian 2505 Mdpl. Trek menuju shelter 1 ini sangat licin dan becek jika turun hujan, sehingga para harus menguatkan pijakan. Tak jarang kami harus memanjat bergelayutan di antara tebing dan dan akar pohon. Di shelter 1 ini kami mendirikan tenda dan bermalam beristirahat untuk keesokan paginya menuju shelter 2 dan shelter 3.
Shelter 2
Sementara di shelter 2 berada di ketinggian 3100 Mdpl. Trek menuju Shelter 2 ini menjadi trek yang cukup panjang dan sangat melelahkan dari perjalanan sebelumnya. Jarak tempuh dari shelter 1 ke shelter 2 bisa menghabiskan waktu selama 2 sampai 3 jam.
Menuju shelter 2 ini, kami disuguhkan dengan berbagai tantangan. Mulai melewati jalur air, lorong dinding tanah yang sempit, hingga trek yang terjal. Bergelayutan di akar pohon dan dinding bebatuan dengan beban bawaan di punggung seringkali tak terhindarkan.
Meskipun sangat menguras tenaga, tenaga kami terasa terus dipompa sehingga segar kembali dengan kicauan burung dan kehadiran burung jalak yang selalu mengikuti seakan-akan memberikan petunjuk Jalan. Keasrian dan kesegaran vegetasi hutan yang terawat membuat kami begitu menikmatinya.
Menuju shelter 3, shelter terakhir, mental dan fisik kami benar-benar diuji. Karena menuju shelter 3 tidak ditemukan bonus (jalur landai) sama sekali. Medannya sangat curam dan menanjak. Kami harus melewati jalur yang dikenal dengan "Lorong Tikus" yang begitu sempit, bahkan kaki pun sulit dilangkahkan untuk melaluinya.
Pendaki harus jeli memilih tempat pijakan dan kayu tempat berpegang. Merayap pun kadang harus dilakukan.
Shelter 3, Nge-Camp Terakhir
Perjalanan ke shelter 3 ini semua kemampuan harus dikerahkan, tidak hanya kekuatan kaki, juga kekuatan tangan untuk bergelayutan di akar pohon di tebing nan curam.
Tiba di shelter 3, disinilah kami mendirikan tenda yang kedua kalinya untuk istirahat sebelum esok paginya melakukan summit.
Ketinggian di shelter ini sekitar 3600 mdpl dengan suhu bisa berkisar 1 hingga 13 derajat celcius. Oksigen disini tak jarang menipis dan rawan diterjang badai. Dan waktu tempuh dari shelter 1 ke shelter 3 yaitu 1 jam 30 menit hingga 2 jam.
Summit
Kami merasa beruntung cuaca pagi sekitar pukul 03.00 wib sangat bersahabat. Summit pun dimulai.
Sekali lagi nyali kami harus diuji. Ditengah gelap dan dibekali headlamp terpasang di kepala, kami harus cepat merayap di lereng gunung aktif kerinci.
Bebatuan tajam dan longgar membuat kami harus ekstra hati-hati bila tidak ingin terperosok ke jurang di sisi kiri dan kanan. Sesekali terdengar teriakan dari teman yang berada di depan bahwa puncak "selangkah" lagi.
Satu botol air putih seringkali kami gapai untuk sekedar melepaskan dahaga. Setelah itu kami kembali melangkah ditemani satu tongkat.
Tepat pukul 06.00 wib, mulut ini terasa penuh sekatan, begitu sulit untuk berucap. Hanya rasa syukur yang teramat sangat kami telah dibawahNya ke puncak tertinggi di Pulau Sumatera.
Hidup ini benar-benar petualangan, jalur yang kita lalui kadang jelas kadang gelap. Namun, harus tetap kita lalui. (Crew LIPO)