PEKANBARU, LIPO - Tri darma perguruan tinggi adalah tugas dan tanggungjawab bagi mahasiswa, dosen dan civitas akademika universitas.
Salah salah poin dalam tridarma perguruan tinggi adalah Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM). Aktifitas ini dilakukan agar masyarakat dapat merasakan manfaat dari ilmu pengetahuan.
Baru-baru ini, Program studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Riau menggelar Pengabdian Kepada Masyarakat di Kecamatan Rengat Kab. Indragiri Hulu.
Kegiatan PKM yang dipusatkan di SMA Negeri 1 Rengat Barat ini mengangkat tema pelatihan pembuatan modul sejarah lokal terintegrasi materi pelajaran sejarah bagi guru SMA.
Pelatihan ini diketuai oleh Dr. Bunari, M.Si, dengan lima anggota yakni, Prof. Dr. Isjoni, M.Si, Refli Surya Barkara, M.Pd, Henki Warsani, M.Pd, Chandra Perwira Negara, M.Pd dan Yuliantoro, M.Pd.
Turut hadir dalam acara pelatihan ini, kepala sekolah SMAN 1 Rengat Barat Supriyo, S.Pd, sekaligus membuka kegiatan pelatihan bagi guru sejarah, ketua MGMP Sejarah SMA Se-Kab. Indragiri Hulu, Yuni Narti, S.Pd dan 39 guru sejarah di Kab. Indragiri Hulu.
Prof. Isjoni dalam sambutannya menekankan pentingnya memberikan pemahaman yang mendalam bagi siswa tentang sejarah lokal di daerahnya, karena ini akan melahirkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya yang menjadi identitasnya.
Sementara itu, ketua MGMP mengatakan bahwa guru sejarah harus mencintai profesinya sebagai guru sejarah, sehingga pelajaran sejarah tidak dipandang sebelah mata oleh orang lain.
Kegiatan PKM ini, dilaksanakan secara blended learning dengan pemberian pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan modul sejarah lokal terintegrasi materi pelajaran sejarah bagi guru SMA.
Materi pertama disampaikan secara luring oleh Refli Surya Barkara, M.Pd. Beliau mengatakan bahwa sejarah lokal merupakan bagian integral dari sejarah nasional, menawarkan pemahaman yang kaya tentang identitas, nilai dan budaya suatu daerah.
“Integrasi sejarah lokal dapat diterapkan dalam berbagai bentuk pembelajaran, mulai dari diskusi kelas, kunjangan lapangan, hingga proyek penelitian siswa. Contohnya siswa dapat mempelajari tentang sejarah pergerakan kemerdekaan di daerah mereka, mengunjungi museum lokal atau mewawancarai tokoh masyarakat untuk mengumpulkan cerita dan pengalaman,” paparnya.
Dengan mengintegrasikan sejarah lokal dalam pembelajaran sejarah maka akan memberikan manfaat bagi siswa seperti menanamkan rasa bangga dan cinta terhadap daerah asal dan budaya lokal, memperkenalkan siswa dengan sumberdaya dan potensi lokal yang dapat memicu pengembangan daerah dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis dan historis melalui studi kasus lokal.
Pada pelatihan berikutnya akan dilakukan secara daring dengan materi lanjutan, sehingga tujuan akhir dari pelatihan ini akan melahirkan berupa modul sejarah yang sudah terintegasi dengan sejarah lokal untuk memperkaya khasanah keilmuan sejarah lokal terutama bagi guru dan siswa.(***)