PEKANBARU, LIPO-Dua fly over atau jembatan layang di Pekanbaru direncanakan dibangun dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Riau tahun anggaran 2018, dengan besaran Rp240 miliar. Fly over di persimpangan Mal SKA Pekanbaru mendapat alokasi yang lebih besar, yakni sekitar Rp160 miliar, sisanya untuk pembangunan fly over di persimpangan Pasar Pagi Arengka.
Demikian diungkapkan anggota Komisi IV DPRD Riau yang membidangi infrastruktur, Abdul Wahid, Senin (30/10). Dikatakan Wahid, mulanya anggaran untuk pembangunan fly over di Mal SKA direncanakan sebesar Rp299 miliar. Setelah dilakukan penghitungan ulang akhirnya berkurang menjadi Rp200 miliar, hingga akhirnya menjadi Rp160 miliar. Sementara, untuk pembangunan fly over di Pasar Pagi Arengka, tetap Rp80 miliar.
"Rp160 miliar untuk persimpangan Mal SKA dan Rp80 miliar untuk di Pasar Pagi Arengka. Anggarannya masuk untuk APBD (Riau) 2018," ungkap Abdul Wahid.
Diterangkan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD Riau itu, pengurangan anggaran untuk pembangunan fly over di persimpangan Mal SKA dari angka semula dikarenakan desain pembangunannya tidak terlalu mewah, namun diyakini juga tidak terkesan sederhana.
"Pengurangan yang dilakukan itu tentu berdasarkan DED (Detail Engineering Design,red). Pembangunannya tidak terlalu dibuat mewah, namun juga tidak terlalu sederhana," sebut Abdul Wahid.
"Kita mengharapkan, kalau bisa jangan terlalu sederhana pembangunannya, karena kedua titik itu lokasinya sangat strategis. Kalau dibuat lebih indah tentu akan lebih bagus. Tapi kalau memang tidak memungkinkan, mau bagaimana lagi, yang peling penting itu adalah fungsinya untuk mengurai kemacetan dan kualitasnya," sambungnya.
Untuk fly over simpang SKA hanya dibangun 3 sisi, bukan 4 seperti yang direncanakan awal. Sedangkan untuk fly over simpang Pasar Pagi Arengka hanya akan dibangun satu sisi saja.
Tiga sisi yang dimaksud yakni, Jalan Tuanku Tambusai-Jalan Tuanku Tambusai Ujung, Jalan Soekarno Hatta arah Jalan Riau-Jalan Tuanku Tambusai Ujung, dan Jalan Soekarno Hatta arah Pasar Pagi Arengka-Jalan Tuanku Tambusai.
"Jadi kita hanya akan bangun tiga sisi saja, mencontoh salah satu fly over yang ada di Bandung. Yang tidak ditiadakan adalah Jalan Soekarno Hatta arah Pasar Pagi Arengka menuju Jalan Tuanku Tambusai ujung," terangnya.
Sementara untuk fly over simpang Pasar Pagi Arengka direncanakan hanya akan dibangun 1 sisi saja, yakni Jalan Soekarno Hatta arah Mal SKA-Jalan HR Soebrantas, karena mempertimbangkan kedua jalur tersebut yang memiliki kemacetan yang luar biasa setiap harinya.
"Untuk panjang fly over di SKA, diperkirakan mencapai 800 meter total keseluruhan. Sedangkan yang di Pasar Pagi Arengka panjangnya diperkirakan sekitar 400 meter," imbuhnya.
Rapat pembahasan anggaran untuk pembangunan dua fly over tersebut terus dilakukan antara Komisi IV DPRD Riau dengan mitra kerjanya, yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Riau. Terakhir, rapat itu digelar di Ruang Komisi IV DPRD Riau, Minggu (29/10) kemarin.
Dalam rapat tersebut, Komisi IV DPRD Riau meminta kepastian dari pihak Dinas PUPR Riau agar pelaksanaan tersebut bisa dilakukan sesuai dengan target. Salah satunya dengan memulai tender pada bulan Desember 2017 mendatang.
"Kalau secara teknis bisa 8 bulan. Tapi bagaimana nanti dengan aspek sosialnya, pembebasan lahan, dan sebagainya. Itu juga butuh waktu. Kemudian untuk tender, itu harus dilelang duluan. Dimulai akhir tahun, tidak bisa menunggu tahun 2018 dulu. Karena dalam pembangunan nantinya masih ada kendala yang akan ditemukan, dan itu harus diselesaikan, dan itu akan memakan waktu lagi. Kita ingin ada jaminan dari (Dinas) PUPR Riau," pungkas Abdul Wahid.(lipo*3/net)
Demikian diungkapkan anggota Komisi IV DPRD Riau yang membidangi infrastruktur, Abdul Wahid, Senin (30/10). Dikatakan Wahid, mulanya anggaran untuk pembangunan fly over di Mal SKA direncanakan sebesar Rp299 miliar. Setelah dilakukan penghitungan ulang akhirnya berkurang menjadi Rp200 miliar, hingga akhirnya menjadi Rp160 miliar. Sementara, untuk pembangunan fly over di Pasar Pagi Arengka, tetap Rp80 miliar.
"Rp160 miliar untuk persimpangan Mal SKA dan Rp80 miliar untuk di Pasar Pagi Arengka. Anggarannya masuk untuk APBD (Riau) 2018," ungkap Abdul Wahid.
Diterangkan Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPRD Riau itu, pengurangan anggaran untuk pembangunan fly over di persimpangan Mal SKA dari angka semula dikarenakan desain pembangunannya tidak terlalu mewah, namun diyakini juga tidak terkesan sederhana.
"Pengurangan yang dilakukan itu tentu berdasarkan DED (Detail Engineering Design,red). Pembangunannya tidak terlalu dibuat mewah, namun juga tidak terlalu sederhana," sebut Abdul Wahid.
"Kita mengharapkan, kalau bisa jangan terlalu sederhana pembangunannya, karena kedua titik itu lokasinya sangat strategis. Kalau dibuat lebih indah tentu akan lebih bagus. Tapi kalau memang tidak memungkinkan, mau bagaimana lagi, yang peling penting itu adalah fungsinya untuk mengurai kemacetan dan kualitasnya," sambungnya.
Untuk fly over simpang SKA hanya dibangun 3 sisi, bukan 4 seperti yang direncanakan awal. Sedangkan untuk fly over simpang Pasar Pagi Arengka hanya akan dibangun satu sisi saja.
Tiga sisi yang dimaksud yakni, Jalan Tuanku Tambusai-Jalan Tuanku Tambusai Ujung, Jalan Soekarno Hatta arah Jalan Riau-Jalan Tuanku Tambusai Ujung, dan Jalan Soekarno Hatta arah Pasar Pagi Arengka-Jalan Tuanku Tambusai.
"Jadi kita hanya akan bangun tiga sisi saja, mencontoh salah satu fly over yang ada di Bandung. Yang tidak ditiadakan adalah Jalan Soekarno Hatta arah Pasar Pagi Arengka menuju Jalan Tuanku Tambusai ujung," terangnya.
Sementara untuk fly over simpang Pasar Pagi Arengka direncanakan hanya akan dibangun 1 sisi saja, yakni Jalan Soekarno Hatta arah Mal SKA-Jalan HR Soebrantas, karena mempertimbangkan kedua jalur tersebut yang memiliki kemacetan yang luar biasa setiap harinya.
"Untuk panjang fly over di SKA, diperkirakan mencapai 800 meter total keseluruhan. Sedangkan yang di Pasar Pagi Arengka panjangnya diperkirakan sekitar 400 meter," imbuhnya.
Rapat pembahasan anggaran untuk pembangunan dua fly over tersebut terus dilakukan antara Komisi IV DPRD Riau dengan mitra kerjanya, yakni Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Riau. Terakhir, rapat itu digelar di Ruang Komisi IV DPRD Riau, Minggu (29/10) kemarin.
Dalam rapat tersebut, Komisi IV DPRD Riau meminta kepastian dari pihak Dinas PUPR Riau agar pelaksanaan tersebut bisa dilakukan sesuai dengan target. Salah satunya dengan memulai tender pada bulan Desember 2017 mendatang.
"Kalau secara teknis bisa 8 bulan. Tapi bagaimana nanti dengan aspek sosialnya, pembebasan lahan, dan sebagainya. Itu juga butuh waktu. Kemudian untuk tender, itu harus dilelang duluan. Dimulai akhir tahun, tidak bisa menunggu tahun 2018 dulu. Karena dalam pembangunan nantinya masih ada kendala yang akan ditemukan, dan itu harus diselesaikan, dan itu akan memakan waktu lagi. Kita ingin ada jaminan dari (Dinas) PUPR Riau," pungkas Abdul Wahid.(lipo*3/net)