PEKANBARU, LIPO - Sektor pariwisata di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau, semakin eksis merayu wisatawan. Usai dihantam pandemi Covid-19, daerah berjuluk "Serambi Mekah Riau" itu memancarkan ronanya.
Arus Sungai Subayang di Desa Gema, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, meliuk deras. Airnya jernih, tempat bersarang berbagai jenis ikan raksasa. Di desa ini eksistensi sektor pariwisata bergeliat, menjadi benteng ribuan kayu alam di kawasan suaka margasatwa Bukit Rimbang- Bukit Baling. Kehadiran Pariwisata mengusik raungan mesin gergaji raksasa.
Pemerintah bersama kelompok sadar wisata (Pokdarwis) setempat, rutin menggelar agenda pariwisata di Desa Gema. Saban tahun, Festival Subayang megahnya terasa merasuk merayu, membius wisatawan selalu.
Festival Subayang membungkus rangkaian acara seperti atraksi budaya, camping, lomba mancing, pacu sampan. Kemudian, ada pula pameran ekonomi kreatif dan UMKM, panen ikan raksasa di lubuk larangan, serta ritual budaya tempatan
Di Subayang wisawatan bisa menyaksikan kembali ragam kearifan lokal. Selain itu, bisa menyusuri kelestarian alam yang menjadi topik menarik ketika berwisata ke destinasi ini.
Selain destinasi tersebut, sejumlah air terjun juga menjadi magnet bagi pelancong di Kampar. Air terjun Batu Tilam, Batu Dinding, Panisan, Koboko, Tambang Murai, Batu Hidung, dan Air terjun Gulamo memercik membumi, memanggil derap langkah kaki.
Lokawisata lainnya yakni, berada di Kecamatam XIII Koto Kampar. Mulai dari Ulu Kasok, Kampung Patin Koto Masjid, Danau Rusa, Puncak Kompe, Tepian Mahligai, Sungai Gulamo, hingga Candi Muara Takus dan Sungai Kopu, siap memanjakan mata wisatawan.
Selain itu, ada pula objek wisata religi sekaligus cagar budaya, yakni Masjid Jami Air Tiris. Keberadaannya selalu ramai dikunjungi wisatawan berbagai daerah. Di destinasi ini pelancong bisa beribadah sembari mengenal sejarah. Masjid ini dibangun pada tahun 1901, uniknya didirikan tanpa menggunakan paku, namun hanya menggunakan pasak.
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Roni Rakhmat mengatakan, Kampar adalah bentang harapan, menyuguhi kecantikan alam, keunikan kultur, bersatu dalam harmoni. Menyimpan sejarah, ragam peninggalan, kuliner, dan permainan anak negeri.
"Kita mengenali aneka kesenian tradisi sampai lagu-lagu Ocu. Tak banyak daerah yang seperti Kampar. Sangat kaya dengan romansa," ungkap Roni.
Diungkapkan Roni, bahwa belakangan Kampar berada di barisan terdepan dalam merespon dunia kepariwisataan. Paling menarik, tentu saja, bagaimana pariwisata dikelola tanpa meninggalkan kearifan lokal. Dari Lubang Kalam, terus Puncak Kompe. Menyusul Pulau Cinta di Teluk Jering. Kampar memang sedemikian laju.
Lebih lanjut Roni menuturkan, ada persepsi tentang kepariwisataan yang terus tumbuh. Anak-anak muda di Koto Masjid, misalnya, belakangan tak hanya mengandalkan salai patin sebagai primadona ekonomi, namun coba membuka kawasan wisata baru. Desa Koto Masjid kini telah menjadi bagian dari denyut kepelancongan.
"Kita saksikan pula, ragam komunitas kepariwisataan coba melestarikan rumah lontiok. Harapannya suatu saat jadi heritage. Kampar, memang luar biasa," tuturnya.
Ia menambahkan, pariwisata, memang menjanjikan nilai ekonomi, sekaligus merangsang pelakunya dalam melestarikan alam, mempertahankan budaya, atau hal-hal positif lainnya. "Kampar dekat dengan bandara dan Ibukota provinsi. Memiliki kekhasan yang sangat beragam. Mulai dari Muara Takus sampai Lopek Bugi. Dari Batu Songgan, Sungai Kopu sampai panen ikan di Subayang," ucapnya.
"Hari ini, yang kita perlukan sesungguhnya tak banyak, hanya sebentuk rasa percaya diri, visi yang kuat, cara mengelola, disusul langkah seayun. Dinas Pariwisata Provinsi Riau, membuka pintu selebar-lebarnya. Mari kita sering-sering berdiksusi. Sering-seringlah kita ini bekerja sama," ajaknya.
Roni Rakhmat mengakui, bahwa sektor pariwisata di Kabupaten Kampar terus tumbuh dan berkembang. Hal ini tak lepas dari komitmen pemerintah daerah setempat dan dukungan insan pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) yang terus menggenjot kemolekan di daerah itu.
"Kabupaten Kampar terus membuktikan komitmen untuk memajukan sektor parekraf. Hal ini terbukti dengan banyaknya event yang terselenggara. Selain itu, adanya pengelolaan destinasi wisata yang mampu memikat wisatawan. Destinasi wisata ini juga diharapkan berdampak positif pada masyarakat setempat dan UMKM," pungkas Roni.(ADV/Pariwara)