Pekanbaru, LIPO-Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), menemukan makanan mengandung bahan berbahaya Borak, pewarna, dan Formalin, yang di jual pedagang di pasar Ramadhan, pasar pagi Arengka, Pekanbaru, Minggu (4/6).
Penemuan makanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut, setelah dilakukannya uji cepat takjil berbuka puasa oleh Balai BPOM, dengan menguji 56 sampel dari 328 takjil yang dijajakan di beberapa titik. Hasilnya, sebesar 14 persen makanan yang telah diuji terbukti mengandung bahan berbahaya.
Kepala Balai BPOM Pekanbaru, M Kashuri, mengetakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan baha-bahan berbahaya tersebut di seluruh Kabupaten Kota. Bahkan pihaknya bersama aparat kepolisian juga berhasil mengamankan, pengusaha mie kuning berformalin, di Kecamatan Tampan.
"Tugas kami untuk menjamin keamanan dan mutu makan dan takjil yang beredar di pasar dan pasar ramadhan. Masih ditemukN makanan yang mengandung, borak, formalin, dan zat pewarna. Dan ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, jika terua menerua di konsumsi," kata Kashuri, saat ekapose, bersama Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, Kapolda Riau, Irjen Pol, Zulkarnain, dan Danr 031/WB, Abdul Karim.
Dijelaskan Kashuri, pada tahun 2016 yang lalu ada penurunan kesadaran dari pedagang dan masyarakat, untuk tidak lagi menggunakan bahan berbahaya tersebut. Bila dibandingkan pada tahun 2015 yang lalu, penurunan mencapao 2 persen. Dan ia akan lebih meningkatkan lagi pada tahun 2017 ini.
"Tentu perlu peningkatan dan sinergisitas untuk pembentukan tim pengawas bahan berbahaya ini. Serta membentuk jejaring serta sosialisasi kepada masyarakat akibat dari bahan berbahaya ini. Tentu kerjasama bersama Pemprov Riau dan aparat kepolisian, agar tidak terjadi lagi dan tidak ditemukan lagi makanan berbahaya," ungkapnya.
Sementara itu Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, apa yang dilakukan oleh BPOM di Pekanbaru baru sebagian kecil yang dilakukan di Pekanbaru. Karena wilayah Riau yang luas ini tentunya juga banyak terjadi di Kabupaten Kota lainnya.
"Ini mungkin sebagian kecil dari yang dilakukan. Luasnya Riau ini harus disiapkan tim dalam mengantisipasi ini dengan mensosialisasikannya kepada pedagang dan masyarakat. Saya juga menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hari dalam mengkonsumsi dan membeli makanan," ujar Gubri.
"Dan bagi pedagang juga jangan sampai merusak kesehatan masyarakat, kalau dikumpulkan se Riau ini yang sudah mengkonsumsi bahan bebahaya ini tentu sangat berdampak besar bagi kesehatan. Bagi BPOM kegiatan seperti ini jangan hanya seremonial saja, jalankan ini terus jangan terputus. Kami dari Provinsi siap membantu," tegas Gubri.
Terpisah, Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain, mengatakan, pihaknya selaku aparat keamanan juga siap membanti BPOM dalam memerangi kasus makanan berbahaya dari para pelaku. Untuk para pelaku yang dengan sengaja makikan tindakan tersebut tentu akan ditindak.
"Kita ada penyidik dan akan memproses kejadian mie berformalin yang diamankan. Sedangkan untuk kasus makanan yang mengandung bahan bebahaya tentu tugas dari BPOM, pedagang harus memahaminya, dan diberikan penyuluhan," kata Kapolda.(lipo*3/net)
Penemuan makanan yang mengandung bahan berbahaya tersebut, setelah dilakukannya uji cepat takjil berbuka puasa oleh Balai BPOM, dengan menguji 56 sampel dari 328 takjil yang dijajakan di beberapa titik. Hasilnya, sebesar 14 persen makanan yang telah diuji terbukti mengandung bahan berbahaya.
Kepala Balai BPOM Pekanbaru, M Kashuri, mengetakan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan baha-bahan berbahaya tersebut di seluruh Kabupaten Kota. Bahkan pihaknya bersama aparat kepolisian juga berhasil mengamankan, pengusaha mie kuning berformalin, di Kecamatan Tampan.
"Tugas kami untuk menjamin keamanan dan mutu makan dan takjil yang beredar di pasar dan pasar ramadhan. Masih ditemukN makanan yang mengandung, borak, formalin, dan zat pewarna. Dan ini sangat berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, jika terua menerua di konsumsi," kata Kashuri, saat ekapose, bersama Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, Kapolda Riau, Irjen Pol, Zulkarnain, dan Danr 031/WB, Abdul Karim.
Dijelaskan Kashuri, pada tahun 2016 yang lalu ada penurunan kesadaran dari pedagang dan masyarakat, untuk tidak lagi menggunakan bahan berbahaya tersebut. Bila dibandingkan pada tahun 2015 yang lalu, penurunan mencapao 2 persen. Dan ia akan lebih meningkatkan lagi pada tahun 2017 ini.
"Tentu perlu peningkatan dan sinergisitas untuk pembentukan tim pengawas bahan berbahaya ini. Serta membentuk jejaring serta sosialisasi kepada masyarakat akibat dari bahan berbahaya ini. Tentu kerjasama bersama Pemprov Riau dan aparat kepolisian, agar tidak terjadi lagi dan tidak ditemukan lagi makanan berbahaya," ungkapnya.
Sementara itu Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rachman, mengatakan, apa yang dilakukan oleh BPOM di Pekanbaru baru sebagian kecil yang dilakukan di Pekanbaru. Karena wilayah Riau yang luas ini tentunya juga banyak terjadi di Kabupaten Kota lainnya.
"Ini mungkin sebagian kecil dari yang dilakukan. Luasnya Riau ini harus disiapkan tim dalam mengantisipasi ini dengan mensosialisasikannya kepada pedagang dan masyarakat. Saya juga menghimbau kepada masyarakat agar berhati-hari dalam mengkonsumsi dan membeli makanan," ujar Gubri.
"Dan bagi pedagang juga jangan sampai merusak kesehatan masyarakat, kalau dikumpulkan se Riau ini yang sudah mengkonsumsi bahan bebahaya ini tentu sangat berdampak besar bagi kesehatan. Bagi BPOM kegiatan seperti ini jangan hanya seremonial saja, jalankan ini terus jangan terputus. Kami dari Provinsi siap membantu," tegas Gubri.
Terpisah, Kapolda Riau, Irjen Pol Zulkarnain, mengatakan, pihaknya selaku aparat keamanan juga siap membanti BPOM dalam memerangi kasus makanan berbahaya dari para pelaku. Untuk para pelaku yang dengan sengaja makikan tindakan tersebut tentu akan ditindak.
"Kita ada penyidik dan akan memproses kejadian mie berformalin yang diamankan. Sedangkan untuk kasus makanan yang mengandung bahan bebahaya tentu tugas dari BPOM, pedagang harus memahaminya, dan diberikan penyuluhan," kata Kapolda.(lipo*3/net)