LIPO - Plt. Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad, Wan Fajriatul, menyampaikan klarifikasi terkait apa yang ditudingkan Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau Sugianto di sejumlah media.
Wan Fajriatul membenarkan Sugianto dari pihak keluarga menghubungi dirinya melalui sambungan seluler.
Dikatakan Wan Fajriatul, saat itu Sugianto menanyakan perihal keluarganya sedang dirawat di RSUD. Namun, komunikasi pada saat tidak berlangsung lama, karena Wan Fajriatul sengaja mengakhiri pembicaraan.
"Pak sugianto memang sempat telepon saya dengan nada marah karena merasa keluarganya ditelantarkan, dan saya tidak ada marah sama beliau, saya hanya menegaskan bahwa keluarga beliau meninggal jam 7 pagi, bukan jam 7 malam yang beliau infokan ke saya. Hanya itu saja, kerena beliau bicara sudah dengan bahasa kasar saya matikan telepon beliau, karena tidak mau memperkeruh suasana," Kata Wan Fajriatul meluruskan kepada liputanoke.com, Ahad (06/03/22).
Diceritakan Wan Fajriatul, pasien meninggal serah terima dengan petugas Shift malam. Pasien dinyatakan meninggal dunia pukul 07.37 Wib pada 06 Maret 2022. Petugas Shift malam menyampaikan, sampel TCM sudah diambil dan diantar jam 08.00 Wib.
"Hasil TCM difollow up 3 sampai 4 jam. Tapi keluarga sudah menanyakan 1 jam kemudian. Perawat menyampaikan bahwa hasil akan keluar 3 sampai 4 jam.
Jam 11.00 Dokter yang didampingi perawat melakukan edukasi ke pada keluarga pasien bahwa hasil TCM dari Ny. Jenikem adalah positif. Sehingga penyelenggaraan jenazah dan pemakaman akan dilaksanakan secara covid berdasarkan peraturan dari Kemenkes. Keluarga menolak dan meminta agar jenazah di bawa ke Pelalawan," Jelas Wan Fajriatul.
Kemudian kata Wan Fajriatul, Perawat menyampaikan jika jenazah ingin dibawa ke Daerah diluar Pekanbaru, maka harus ada persyaratan administratif dan surat-surat pernyataan yang harus di urus.
"Jam 11. 15 Perawat memberikan format surat pernyataan surat izin pemakaman keluarga untuk dibuat oleh kepala desa/kelurahan setempat agar dapat di bawa dan dimakamkan di daerah tersebut agar tersebut," Jelas Wan Fajriatul.
Pada pukul 11.30 perawat menghubungi pemulasaran terkait penyelenggaraan jenazah. Pemulasaran menanyakan, apakah keluarga setuju pelaksanaan jenazah diselenggarakan secara covid atau tidak.
"Perawat menyampaikan hasil TCM pasien positif berarti pelaksanaan penyelenggaraan jenazah secara covid. Setelah itu telefon ditutup," Kata Wan Fajriatul
Pada pukul 11.45 wib, pihak keluarga menyampaikan bahwa untuk penyelenggaraannya 2 orang dari keluarganya akan masuk sudah acc Dirut. Dan Perawat juga telah menelepon supervisor, Karu. Dirut juga sudah menelpon langsung agar penyelenggaraan jenazah segera.
"Jam 11.50 Wib keluarga mengamuk yang diamankan oleh security," Jelasnya.
Pada 12.00 wib, Kata Wan Fajriatul, Perawat menghubungi pemulasaran kembali agar segera ke Ricu karena keluarga sudah mengamuk.
"Pemulasaran mengatakan, bahwa mereka sedang di IGD karena ada jenazah 2 yang subuh meninggal. Maka pasien itu dulu yang harus di dahulukan. Perawat meminta agar pemulasaran segera ke Ricu. Setelah itu perawat menyampaikan ke keluarga untuk menunggu sebentar, karena ada 2 jenazah di IGD yang meninggal subuh dan harus segera juga di selenggarakan. Tapi, keluarga tidak terima dan semakin marah-marah, ke perawat dan security," Terang Wan Fajriatul.
"Jam 12.20 pemulasaran datang dan keluarga masuk 1 ikut memandikan jenazah atas izin Dirut. Jam 13.00 Jenazah dibawa," Kata Wan Fajriatul menjelaskan.
Sebelumnya diberitakan, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Riau Sugianto merasa kesal dan kecewa atas pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin Achmad Pekanbaru.
Sugianto merasa pihak RSUD AA tidak memberikan pelayanan yang baik sampai kakaknya yang juga dianggap sebagai orang tuannya menghembuskan napas terakhir. Bahkan Sugianto menyebut jenazah kakaknya ditelantarkan.
Sugianto menceritakan, sebelum masuk ke RSUD AA kakaknya yang mengidap diabetes sempat di rawat di RS Awal Bros Pekanbaru. Lalu Sugianto membawa kakaknya ke RSUD AA untuk niat menjalani operasi amputasi. Namun Sugianto semakin gundah disaat pihak RSUD AA menyatakan kakaknya Positif Covid-19. Karena alasan covid-19, kakak Sugianto belum bisa dioperasi.
Pada Ahad (06/03/2022), pukul 06.30 wib, kakaknya pun menghembusian napas yang terakhir. Hingga pukul 12.30 WIB, disebutkan Sugianto, jenazah kakaknya tak kunjung ditangani dengan protokol Covid-19.
"Alasanya RSUD tak ada petugas, dan alasan macam-macam lagi," Jelas Sugianto kepada liputanoke.com, Ahad (06/03/22).
Kemudian Sugianto mencoba menghubungi Plt. Direktur RSUD AA, Wan Fajriatul dengan harapan bisa memdapatkan pelayanan yang layak. Namun kata Sugianto, Dirinya makin kecewa karena Plt malah marah saat menyampaikan protes terkait pelayanan terhadap keluarganya.
"Saya coba hubungi Dirut, malah saya yang dimarahinya," Kata Sugianto sambil menyebut Plt Dirut tidak profesional.
Lalu Sugianto membayangkan, sekelas dirinya saja sebagai anggota DPRD Riau mendapatkan pelayanan seperti itu.
"Bagaimana dengan masayarakat biasa?" Ucap Sugianto.
"Saya digituin (pelayanan tak layak), bagaimana masyarakat biasa," Ulangnya lagi.
Padahal kata Sugianto, anggaran sangat besar digelontorkan untuk RSUD AA, dengan harapan bisa memberikan pelayanan maksimal terhadap masyarakat.
"Kita minta itu RSUD AA diaudit. Curiga saya, terutama dana covid nya, jangan-jangan disalahgunakan," Pungkas Sugianto.
Sugianto mengatakan, bahakan dirinya semakin curiga. Jangan-jangan informasi yang sebelumnya berkembang luas sengaja meng-covid kan benar adanya.
"Jangan jangan jadi ladang untuk mengambil untung mereka ini, saya kan sudah rasakan sendiri ini. Bagaimana RSUD melayani masyarakat. Ini porsedur yang salah menurut saya. Sudah ribut baru ditangani. Jangankan saat sakit, matipun diperlakukan seperti itu," Pungkas Sugianto. (*3)